Rabu 01 Jun 2016 05:56 WIB

Institut Kemandirian, Upaya Menghapus Pengangguran

Rep: Sri Handayani/ Red: Damanhuri Zuhri
Parni Hadi, Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa
Foto: Agung Sasongko/ROL
Parni Hadi, Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi mengatakan kemandirian (independency) sejatinya tak lepas dari saling ketergantungan (interdependency).

Kemandirian merupakan sikap tidak mau bergantung kepada orang lain. Namun, tuntutan sebagai manusia sosial membuat manusia tetap harus berhubungan dengan orang lain.

“Kalau saya bilang ke penerima bantuan, doanya, hari ini kami memberi bantuan, semoga nanti bapak atau ibu bisa memberi bantuan kepada orang lain,” ungkap Parni Hadi kepada wartawan di Depok.

Kemandirian diawali dengan niat untuk ingin melepaskan ketergantungkan, kemudian diwujudkan dalam tekad yang kuat. Setelah itu, harus ada dorongan untuk mengubah tekad menjadi upaya yang nyata.

Sejak berdiri pada 2005, Institut Kemandirian telah meluluskan 5.605 peserta. Mereka saat ini tersebar di berbagai bidang pekerjaan.

Adapun pelatihan yang digelar dalam program IK antara lain, Teknisi Handphone, Teknisi sepeda motor, mengemudi, salon muslimah, fashion dan design (menjahit), IT komputer, pelayaran, teknik pengelasan kapal, tata boga dan pengolahan pangan, serta program diaspora development (kuliah dan kerja ke luar negeri).

Direktur Institut Kemandirian Dompet Dhuafa, Zainal Abidin Zainal mengatakan program ini merupakan bukti pendayagunaan dana zakat. Pengangguran dan kemiskinan dianggap sebagai dua masalah bangsa yang tak kunjung selesai. Program ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan ini dengan efektivitas yang tinggi.

Hingga kini, telah ada 23 peserta yang aktif dalam kegiatan pelatihan di Satelit IK Depok. Mereka mendapatkan fasilitas berupa alat, bahan, diktat, dan modul gratis. Satelit IK Depok juga dilengkapi dengan ruang teori, ruang praktik teknisi handphone, ruang praktik menjahit, ruang ibadah, perpustakaan, dan toilet.

Untuk dapat bergabung dalam program ini, masyarakat bisa datang langsung ke lokasi satelit sambil membawa kartu tanda penduduk (KTP), surat keterangan kesehatan atau keterangan RT/RW setempat. Pembukaan dibuka sepanjang tahun.

“Seleksi tidak terlalu ketat. Tapi karena peminatnya banyak, yang tidak masuk di angkatan awal, dilanjutkan angkatan berikutnya. Kami menghindari menolak,” kata Zainal.

Peserta yang diterima akan menjalani masa matrikulasi selama sepekan. Pelatihan teknis diadakan selama dua hingga tiga bulan, dilanjutkan magang selama tiga bulan. Setelah itu, para peserta akan mendapatkan sertifikat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement