REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menilai kepulangan Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti ke Indonesia tak mempengaruhi rencana perbaikan tata kelola kepengurusan sepak bola nasional. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menegaskan, reformasi di tubuh induk sepak bola Tanah Air tetap menjadi prioritas utama.
Imam mengatakan, satu-satunya cara agar prioritas tersebut bisa tercapai hanya lewat pintu Kongres Luar Biasa (KLB). "Dengarkan (permintaan) pemilik suara," kata Imam kepada Republika.co.id, Rabu (1/6).
Menteri dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menjelaskan permintaan para pemilik suara di federasi nasional terang menghendaki adanya restrukturisasi dan regenerasi kepengurusan PSSI. Saat ini desakan KLB PSSI masih dimotori oleh Kelompok 85 (K-85). Mereka beranggotakan sebanyak 92 klub dan asosiasi provinsi pemilik hak suara di badan induk sepak bola nasional. Tercatat ada 107 pemegang hak suara dari 777 total anggota federasi nasional.
K-85 mengaku menjadikan salah satu alasan perlunya KLB lantaran saat ini PSSI tak punya pemimpin setelah dinormalisasi. Status hukum La Nyalla sebagai tersangka perkara korupsi dan sempat buron, membuat dirinya dinilai otomatis tak layak mengurusi sepak bola nasional.
K-85 pada pekan lalu sudah aklamasi menjadikan Pangkostrad Letjend Edy Rahmayadi sebagai calon pengganti La Nyalla dalam rencana KLB. Sekretaris K-85, Budiman Dalimunthe mengatakan, meskipun La Nyalla saat ini sudah berada di Indonesia, namun tetap, KLB PSSI untuk memilih ketua umum dan kepengurusan baru harus diselenggarakan.
"Tidak ada pengaruhnya kalau dia (La Nyalla) sekarang pulang. KLB tetap (harus) diadakan," ujar dia, Rabu (1/6).