REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Anda tidak akan menggunakan pensil untuk mengisi formulir aplikasi paspor. Demikian pula jika anda akan menandatangani kontrak-kontrak penting. Jadi mengapa warga Australia masih menggunakan pensil saat memberikan suaranya dalam pemilu?
Pertanyaan menggelitik ini disampaikan kepada ABC oleh salah satu pemilih yang penasaran.
Australia telah menggunakan pensil untuk memilih sejak sebelum László Biró asal Hungaria mempopulerkan pulpen di 1930-an. Pada 1902, Undang-Undang Pemilihan Umum Australia mensyaratkan tersedianya pensil di bilik suara.
"Bilik suara itu harus memiliki kompartemen voting terpisah, dibuat untuk menyaring pemilih dari pengamatan saat mereka menandai surat suara mereka, dan masing-masing kompartemen voting harus dilengkapi dengan pensil untuk digunakan oleh pemilih."
Itu kira-kira bunyi kata-kata yang tercantum dalam UU yang masih berlaku hari ini. Tapi sebenarnya meskipun UU ini memerintahkan Komisi Pemilihan Umum Australia (AEC) untuk menyiapkan pensil, namun tidak menginstruksikan para pemilih untuk menggunakannya.
"Pemilih bisa membawa dan menggunakan pulpen jika mereka menghendakinya," kata juru bicara AEC Evan Ekin-Smith.
Pemilih juga dapat membawa pensil mereka sendiri. Bahkan ada yang sampai membawa pensil berwarna-warni, seperti pernah disampaikan analis pemilu ABC, Antony Green. Tentu saja, semua ini tidak menjelaskan mengapa pensil lebih disukai daripada pulpen.
Menurut AEC, hal itu karena lebih gampang. "Cukup sederhana, mereka lebih murah, dapat digunakan kembali, serta tidak akan kering meskipun di lokasi tropis," kata Evan Ekin-Smith.
Penjelasan ini masuk akal jika kita mempertimbangkan AEC menyimpan peralatan pemungutan suara tersebut untuk pemilu berikutnya. Pulpen cenderung mengering setelah tersimpan beberapa tahun di lemari.
Baca: Selundupkan Heroin di Vietnam, Pria Australia Dipenjara Seumur Hidup