REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Oposisi utama Suriah mengusulkan gencatan senjata nasional selama Ramadhan. Usul tersebut diajukan dalam surat dari koordinator Komite Perundingan Tinggi oposisi Riad Hijab kepada Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon.
"Surat kepada Ban Ki-moon itu menyarankan gencatan senjata. Kita tahu gencatan senjata harus dihormati penuh di seluruh negara, secara nasional, penuh selama Ramadan. Ramadhan akan dimulai pekan depan, itu akan mulai menciptakan kondisi yang baik, atmosfer yang baik, bagi kami untuk kembali kepada (dialog damai di) Jenewa. Inilah niat HNC," kata utusan oposisi Basma Kodmani, Rabu (1/6).
Kodmani mengatakan kelompok bersenjata oposisi mendukung usulan tersebut, yang akan menghidupkan kembali gencatan senjata yang dimulai pada akhir Februari dan berlaku bagi semua kelompok kecuali kelompok militan ISIS dan kelompok terkait Alqaidah Nusra Front.
Baca: Tentara Suriah Tangkap 'Buldoser', Si Algojo ISIS
"Jika rezim menaatinya, oposisi dan kelompok-kelompok bersenjata pun juga akan melakukan hal yang sama," katanya.
Juru bicara Staffan de Mistura, diplomat PBB yang memediasi pembicaraan damai, memastikan usulan itu telah diajukan ke Kelompok Pendukung Internasional Suriah, kelompok berbagai negara pimpinan Amerika Serikat dan Rusia, yang mengawasi upaya perdamaian.
"Kami mengetahui usulan ini, yang tengah didiskusikan di antara para wakil ketua ISSG dalam kerangka kerja lebih luas mengonsolidasikan gencatan senjata. Setiap pertimbangan untuk menurunkan pertempuran di lapangan sangat disambut, terutama selama bulan suci Ramadhan," katanya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby mengatakan AS yakin gencatan senjata adalah sesuatu yang baik, namun Washington ingin melihat gencatan senjata itu menjadi bertambah panjang dan luas.