Kamis 02 Jun 2016 16:50 WIB

BI: Indonesia Perlu Kembangkan Smart City

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Gubernur Bank Indonesai (BI) Agus Martowardojo
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Gubernur Bank Indonesai (BI) Agus Martowardojo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, pada 2035 mendatang sekitar 75 persen Indonesia akan tinggal di perkotaan. Untuk itu, perlu adanya smart city yang mendukung hal ini.

"Kita melihat bahwa 75 persen dari penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan di 2035. Perlu ada masterplan untuk pengembangan smart city," kata Agus di Jakarta, Kamis (2/6).

Selain itu, Agus mengungkapkan, berdasarkan data Asia Development Bank (ADB) sebanyak 80 persen pertumbuhan ekonomi di Asia didorong oleh perkotaan. BI menilai, untuk itu Indonesia harus dapat meningkatkan daya saing perkotaan agar bisa mendukung pertumbuhan ekonomi regional.

Dukungan pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi ini ditandai dengan diadakannya rapat koordinasi pemerintah pusat, pemerintah daerah dan Bank Indonesia di Gedung Bank Indonesia, Kamis (2/6).

Menurut Agus, Indonesia memiliki banyak calon smart city, seperti di Kalimantan yaitu seperti Balikpapan, Bontang, dan Banjarmasin. Kemudian di Sulawesi ada kota Makassar dan Manado.

"Nah, smart city itu tentu pertama harus selaras dengan RPJP 2005-2025 dan RPJMN. Tentang kawasan perkotaan, disiapkan Bappenas dengan penyesuaian UU, itu akan baik sekali. APBN juga," ujar Agus.

Agus menjelaskan, komponen utama smart city bukan saja smart economy tapi harus dimulai dengan smart living, smart people, smart mobility, smart environment dan smart governance. "Ini yang harus kita di dalam master plan pengembangan kota," imbuhnya.

Selain itu, menurutnya harus ada unit yang bisa mendukung smart city. Jangan sampai, kata Agus, semua ingin mengurus smart city, tapi kalau ada masalah tidak ada yang mau bertanggung jawab. Ia menegaskan, harus ada yang bisa bertanggungjawab atas pengembangan smart city.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement