Jumat 03 Jun 2016 05:49 WIB

Bekal Jelang Ramadhan

Puasa hendaknya dijadikan pelecut semangat dalam kerja maupun ibadah.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Puasa hendaknya dijadikan pelecut semangat dalam kerja maupun ibadah.

Oleh Imam Nur Suharno

REPUBLIKA.CO.ID, Ramadhan akan kembali hadir di tengah-tengah kaum Muslim. Sebagai orang beriman sudah sepatutnya kita berbahagia menyambut kehadiran Ramadhan dengan penuh kegembiraan.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, ketika bulan Ramadhan datang, Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, Allah mewajibkan kepada kalian berpuasa, dibuka lebar pintu surga, ditutup rapat pintu neraka, dan dibelenggu tangan setan. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, barang siapa yang terhalang untuk mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia terhalang dari kebaikan bulan puasa." (HR Ahmad).

Hadis di atas memberikan penjelasan sekaligus kabar gembira tentang keistimewaan bulan Ramadhan. Sehingga mendorong kita untuk menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan dengan penuh kebahagiaan. Namun,di tengah kebahagiaan itu, kita perlu melakukan persiapan sebagai bekal menghadapi Ramadhan dengan berbagai amalan saleh. 

Pertama, banyak berdoa. Tidak ada seorang pun yang dapat menjamin usia kita sampai bulan Ramadhan, untuk itu teruslah berdoalah kepada-Nya. "Allahumma bariklana fii rajaba wa sya'ban, wa balighna ramadhan" (Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan kami pada bulan Ramadhan). 

Kedua, puasa sunah di bulan Sya'ban. Dikisahkan oleh Aisyah RA, "Rasulullah banyak berpuasa (pada Sya'ban) sehingga kita mengatakan, 'Beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Sya'ban'." (Muttafaq 'alaih).

    Ketiga, tadarus Alquran. Dengan memperbanyak tadarus Alquran di bulan Sya'ban, dapat mengantarkan kepada kebersihan jiwa, sehingga saat memasuki Ramadhan jiwa dalam keadaan bersih dan pada akhirnya mengantarkan kepada keikhlasan dalam menjalankan ibadah Ramadhan.

Keempat, menelaah buku-buku terkait ibadah puasa. Hal ini dilakukan untuk pemantapan dan penyempurnaan ibadah di bulan Ramadhan. Sebab, ibadah yang tidak disertai ilmu (pemahaman) hanya akan merusak kesempurnaan ibadah itu sendiri. 

Hasan al-Basri mengatakan, beramal tanpa ilmu hanya membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan kebaikan. Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh, tapi jangan sampai meninggalkan ibadah. Gemarlah pula beribadah, tapi jangan sampai meninggalkan ilmu. Karena ada segolongan orang yang rajin ibadah, tapi meninggalkan belajar (lihat dalam Miftah Daris Sa'adah karya Ibnul Qayyim).

Kelima, silaturahim kepada keluarga, tetangga, teman, terutama kepada kedua orangtua untuk saling memaafkan dan mendoakan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghadirkan suasana kebersamaan dan saling memotivasi, guna memaksimalkan ibadah Ramadhan.

Semoga Allah membimbing kita agar dapat menjalankan ibadah Ramadhan dengan penuh keimanan dan ihtisaban, terampuni dosa-dosa kita dan meraih derajat takwa. Amin.

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement