REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan tidak berniat bekerja sama dalam isu-isu regional dengan musuh utamanya, Amerika Serikat dan Inggris.
Khamenei juga menuduh Washington tidak berkomitmen untuk kesepakatan nuklir antara Teheran dan enam negara besar, termasuk AS yang bertujuan mengekang program nuklir negara itu.
Berdasarkan perjanjian tersebut, sanksi ekonomi dicabut pada Januari setelah Iran menghentikan program nuklirnya. Barat menduga Iran menciptakan bom nuklir. Iran membantah dugaan tersebut.
Khamenei dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi pemerintah mengatakan Amerika dan Iran terus berada ke arah permusuhan sejak revolusi 1979. Ia menyebut kesalahan besar untuk mempercayai kejahatan Inggris dan AS.
"Kami tidak akan bekerja sama dengan Amerika atas krisis regional. Tujuan mereka adalah 180 derajat menentang Iran," ujarnya.
Menyusul akhir sanksi terhadap Iran, negara telah mulai meningkatkan perdagangan dengan Barat. Tetapi beberapa sanksi AS tetap dan bank AS dilarang melakukan bisnis dengan Iran secara langsung atau tidak langsung karena AS masih menuduh Teheran mendukung terorisme dan pelanggaran HAM.
"Mereka menggunakan hak asasi manusia, terorisme, sebagai dalih untuk menghindari memenuhi komitmen mereka," ujar Khamenei.
Iran telah berulang kali mendesak AS untuk berbuat lebih banyak untuk menghilangkan hambatan di sektor perbankan.
Baca: Reformasi Konstitusi Ukraina Sasar Hakim Korup