REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ekonom dari BCA, David Sumual menilai target pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi 5,3 persen di akhir tahun sulit untuk dicapai. "Kalau menurut saya probabilitasnya lebih bias ke bawah, ke arah lima persen. Kalau melihat kondisi sekarang," ujar David Sumual pada Republika.co.id, Jumat (3/6).
Kendati begitu, menurutnya target pemerintah tersebut bukan tidak mungkin. Sebab, ada beberapa katalis yang menurutnya dapat mendorong pertumbuhan, terutama kebijakan pengampunan pajak di semester II mendatang. Selain itu, ada percepatan realisasi investasi.
"Tapi ini masih terkendala aturan-aturan yang belum selesai di beberapa kementerian. Realisasi dari banyak MoU pemerintah juga, pemerintah sudah lakukan kunjungan ke beberapa negara, ke Korsel, Jepang dan Amerika. Kalau bisa ground breaking tahun ini sangat baik sekali ya. Dengan catatan juga kondisi eksternal stabil, dan tidak ada gejolak, jadi masih mungkin," tuturnya.
Ia menegaskan, penerimaan pajak dan pertumbuhan ekonomi butuh kerja sama semua pihak. Menurutnya, jangan ada lagi kebijakan-kebijakan yang mengganggu kebutuhan, terutama daya beli dan konsumsi masyarakat. Hal ini karena konsumsi memiliki pengaruh besar ke ekonomi.
"Kita kan 56 persen porsinya itu konsumsi. Terus belanja harus optimal. Terutama di daerah kan masih lesu, lambat sekali. Di kuartal I ini masih ada Rp 200 triliunan dana di daerah yang belum digunakan," ujarnya.
Sebelumnya Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada RAPBN 2016 tetap dipatok 5,3 persen. Sedangkan, Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 5,0-5,4 persen dari sebelumnya 5,2-5,6 persen.