REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pasukan yang berpihak kepada pemerintahan Libya yang didukung oleh PBB mengatakan pada Sabtu (4/6) telah merebut pangkalan udara Ghardabiya dari kelompok bersenjata ISIS, yang berlokasi di arah selatan kota Sirte, markas besar kelompok itu.
Juru bicara pasukan, Mohamed Al Gasri mengatakan perebutan pangkalan itu, yang terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Sirte, merupakan sebuah pencapaian yang signifikan secara strategi karena mereka memotong jalur persediaan bagi kelompok bersenjata ISIS dan menjebak mereka lebih jauh di dalam kota itu.
Tiga orang dari pasukan yang didukung pemerintah tewas dan sekitar lima orang lainnya terluka dalam pertempuran Sabtu itu. Pasukan itu, yang sebagian besar tersusun atas para petarung dari kota Misrata yang berada di bagian barat, berhasil memukul mundur kelompok bersenjata ISIS hingga ke pinggiran Sirte dari bagian barat dalam tiga pekan terakhir.
Mereka melakukan serangan balasan setelah kelompok ISIS maju ke arah kota misrata pada awal Mei. Ke bagian barat, sebuah pasukan lain yang mengendalikan sejumlah pangkalan minyak, dan juga setia terhadap pemerintahan yang didukung oleh PBB berhasil merebut dua kota dari kelompok bersenjata ISIS pada awal pekan ini.
Sejumlah negara Barat berharap pemerintahan yang didukung oleh PBB, yang tiba di Tripoli pada Maret, dapat mengumpulkan para faksi yang berseteru di libya untuk bersatu melawan kelompok bersenjata ISIS.
Kelompok ekstremis itu membentuk sebuah pijakan di Libya di tengah kekacauan politik dan konflik yang ada di negara Afrika Utara itu, membentuk pangkalan paling signifikan mereka di luar Irak dan Suriah dan menduduki wilayah Sirte pada tahun lalu.
Perdana menteri dari pemerintahan yang didukung PBB mengatakan kepada wartawan Reuters pada Jumat masih terlalu dini untuk memberikan perkiraan waktu terkait pertempuran Sirte, namun dia meyakini pasukan Libya mampu bersatu untuk merebut kembali kota itu.
Sebagian besar warga Sirte yang berjumlah sekitar 80 ribu jiwa diperkirakan telah melarikan diri, dan Gasri sebelumnya telah mengatakan para penduduk yang masih berada di wilayah itu akan diberi kesempatan untuk melarikan diri sebelum pasukan yang didukung pemerintah maju ke wilayah permukiman.