REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok Santoso sudah saatnya menyerah. Pengamat intelijen Ridlwan Habib mengatakan bulan puasa adalah saat yang baik bagi kelompok Santoso untuk menyerah.
"Saya kira begitu lebih baik ya. Lagipula dukungan bagi kelompok ini dari luar Poso sudah tidak ada," ujar analis S2 Kajian Strategic Intelijen (KSI) Universitas Indonesia, di Jakarta, Selasa (7/6).
Menurut Ridlwan, kelompok Santoso sendiri sudah membuat risalah berjudul "MIT Yang Terlupakan". "Isinya kekecewaan mereka karena tidak didukung kelompok pro-ISIS di Indonesia," kata Ridlwan.
Santoso kecewa karena kelompok pro-ISIS di Indonesia justru fokus pada Suriah. Sementara mereka mati matian-bertahan hidup di Poso.
Ridlwan menjelaskan, kekuatan kelompok Santoso tinggal 18 orang. Dengan area hutan dan bahan makanan yang sangat terbatas, sudah tidak mungkin menang melawan 3.500 anggota TNI Polri. "Kalau diteruskan, pasti konyol bagi Santoso," kata dia.
Baca juga, Santoso Sering Menyamar di Perkampungan.
Lagipula, Santoso juga mempunyai istri dan anak yang hidup susah di Kota Poso. Istri dan anak pertamanya yang bernama Wardah itu justru hidup atas bantuan Kopassus yang membuatkan warung. Dia pun meminta Santoso mengakhiri saja aktivitasnya kemudian bertaubat dan kembali ke bumi Poso.
Ridlwan meyakini 18 anggota Santoso juga sudah berada dalam kondisi psikologis yang tertekan. "Bulan Puasa bisa menjadi momentum. Akhiri gerilya di Gunung Biru. Kembali ke keluarga dan masyarakat," ujarnya.