REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan puasa biasanya kita malah boros. Boros dimananyakah? Menurut Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, Eka Agustina, kebocoran dana saat puasa biasanya ada pada makanan. Selain menu buka dan sahur yang biasanya super heboh, kebocoran lainnya adalah banyaknya undangan buka puasa bersama. Lalu bagaimana menyiasatinya?
Eka menyarankan untuk buka puasa bersama, mau tidak mau punya anggaran dalam perencanaan keuangan pribadi. Misalnya ketika gaji diterima, bagi pos wajib dan yang tidak. Biasanya pos cicilan 30 persen dari penghasilan, lalu pos pengeluaran pribadi 20 persen dari penghasilan. Sisanya pengeluaran rumah tangga 40 persen (untuk kebutuhan sehari-hari, ongkos, makan, belanja bulanan dan lainnya). Sisanya 10 persen menabung. “Nah buka puasa bersama masuk pengeluaran pribadi yang 20 persen tadi," katanya usai acara FUNancial Clinic dan Cooking Classes di Modena Experience Center, di Jakarta, belum lama ini.
Dana ini biasanya selama tidak puasa dikeluarkan untuk kongkow, 'ngopi' cantik, salon dan lainnya. Selama Ramadhan, alihkan untuk buka bersama. Dia mengatakan soal bujet sebenarnya hanya dialihkan peruntukkannya dan tidak keluar dari angka dibuat.
Lalu bagaimana jika saat buka bersama teman mengajak buka direstoran mahal yang menunya harganya bikin ngelus dada? Eka mengatakan kita harus bisa atur. Misalnya hari ini beli steak seharga Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu, besok mau enggak mau, ambil konsekuensinya. Makan makanan yang murah meriah.
“Kita adalah bos, uang kita yang pegang, kita harus atur, jangan sampai tiga hari berturut-turut makan seperti itu, ya jebol. Gaji sebulan bisa habis dalam sehari. Kontrol diri ada di diri kita. Karena itu kita sendiri yang harus pintar mengatur,” tambahnya.
(Baca Juga: Tentukan Anggaran Menu Sahur dan Buka)