REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Setiap tahun, sebanyak enam triliun batang rokok diisap 20 persen warga dunia. Kini, seorang ilmuwan Australia telah menemukan metode pertama di dunia yang mampu mengubah jutaan ton limbah puntung rokok menjadi batu bata.
Proses ini tak hanya menyingkirkan polusi, tapi juga memproduksi batu bata yang lebih baik.
Abbas Mohajerani dari Universitas RMIT berharap, penemuannya ini berarti puntung rokok satu hari bisa menjadi barang berharga, dan produsen batu bata harus membayar untuk kumpulan puntung tersebut.
"Kita dihadapkan dengan miliaran ton puntung rokok di planet ini. Ada berton-ton puntung rokok di mana-mana, di saluran air dan pantai," ujarnya.
Puntung rokok dibuang di saluran air atau dibuang di TPA, di mana logam berat, termasuk arsenik meresap ke dalam tanah dan mencemari saluran air. Lebih dari satu juta ton puntung rokok dibuang setiap tahunnya.
Polusi rokok merupakan masalah global yang memburuk. Meskipun jumlah konsumsi rokok menurun di Australia (sekitar 30 miliar rokok, dimana tujuh miliar di antaranya berakhir sebagai sampah), angka global justru meningkat.
Alasan utama untuk peningkatan ini, Cina. Warga negeri Tirai Bambu mengonsumsi lebih dari 38 persen rokok yang ada di dunia. Hal ini juga memproduksi banyak batu bata.
Untuk menempatkan data konsumsi global ini dalam perspektif, rokok dalam jumlah cukup dikonsumsi setiap pria, perempuan dan anak-anak di dunia pada 2009, untuk mencapai rata-rata 865 batang rokok di tahun itu.