Rabu 08 Jun 2016 15:29 WIB

La Nina Menguat, Waspadai Banjir dan Longsor

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi tanah longsor.
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Ilustrasi tanah longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), fenomena iklim La Nina berpeluang muncul mulai Juli, Agustus, September (JAS) 2016 dengan intensitas lemah hingga sedang. Fenomena ini diprediksi akan memicu meningkatnya potensi curah hujan di atas normal pada periode musim kemarau (Juli, Agustus, September).

Kondisi itu akan menimpa sejumlah wilayah Indonesia. Wilayah-wilayah itu antara lain Sumatera Utara Bagian Barat, Sumatera Barat bagian Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa bagian Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Papua.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, pun menilai menguatnya La Nina akan memiliki dampak positif dan negatif. ''Banjir dan longsor berpotensi meningkat. Sedangkan kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan tidak akan sebesar pada 2015,'' ujar Sutopo dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Rabu (8/6).

Sutopo menambahkan, saat ini kondisi cuaca masih berada dalam musim pancaroba. Selain itu, kejadian curah hujan ekstrem banyak terjadi di beberapa wilayah, sehingga menimbulkan banjir, longsor, dan puting beliung. Lebih lanjut, Sutopo menyatakan, pada musim penghujan akhir 2016 dan awal 2017 diperkirakan curah hujan akan lebih meningkat dibanding periode sebelumnya.

''Sehingga potensi banjir, longsor, dan puting beliung akan lebih meningkat. Antisipasi menghadapi kemarau basah dan musim penghujan pengaruh La Nina perlu ditingkatkan, sesuai dengan tingkat ancaman bencana yang meningkat pula,'' tutur Sutopo.

Tidak hanya itu, Sutopo mengungkapkan, berdasarkan data sementara, sejak 1 Januari hingga 7 Juni 2016, setidaknya telah terjadi 978 bencana yang mengakibatkan 154 orang meninggal, 233 luka-luka, 1,68 juta jiwa menderita dan mengungsi. ''Bencana hidrometerologi mendominasi kejadian bencana. Tanah longsor masih menjadi bencana paling mematikan dimana terdapat 53 jiwa orang meninggal. Sedangkan 52 orang meninggal akibat banjir, dan 34 orang meninggal akibat banjir dan tanah longsor,'' ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement