REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina mengatakan Filipina telah mengabaikan proposal untuk menggelar pembicaraan terkait masalah maritm. Padahal Cina menegaskan negaranya selalu terbuka untuk melakukan pembicaraan bilateral dengan Manila terkait Laut Cina Selatan.
Selama ini Cina mengklaim sebagian besar wilayah di perairan Laut Cina Selatan. Klaim tersebut tumpang tindih dengan sejumlah negara seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei.
Filipina bahkan telah membawa kasus ini ke pengadilan internasional di Den Haag. Namun kasus ditolak Cina yang ingin menyelesaikan ini secara bilateral.
Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan kedua negara telah sepakat pada 1995 untuk menyelesaikan masalah Laut Cina Selatan dengan cara damai dan ramah melalui negosiasi atas dasar kesetaraan dan saling menghormati. Selama ini Cina dan Filipina memang telah mengadakan banyak putaran pembicaraan terkait sengketa maritim, meski belum ada negosiasi langsung untuk menyelesaikan perselisihan di Laut Cina Selatan.
"Cina memiliki beberapa usulan yang diajukan ke Filipina seperti pembentukan mekanisme konsultasi reguler Cina-Filipina terkait isu-isu maritim, tapi sampai saat ini tak pernah ada tanggapan dari pihak Filipina," kata pernyataan tersebut, seperti disadur dari Reuters, Rabu (8/6).
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Filipina menolak untuk berkomentar terkait hal ini. Seorang pejabat kementerian yang akrab dengan kasus arbitrase mengatakan, Manila lebih memilih diam sambil menunggu pengadilan menjatuhkan putusan bulan ini.
Mantan menteri luar negeri Filipina mengatakan pada Selasa (7/6), Presiden baru Filipina Rodrigo Duterte sebaiknya tak mengadakan pembicaraan langsung tanpa syarat dengan Cina terkait LCS. Komentar itu menanggapi pernyataan Duterte yang mengatakan dia tak akan berperang melawan Cina dan mungkin akan mengadakan pembicaraan bilateral.