Kamis 09 Jun 2016 19:21 WIB

Pengamat: Larangan Wajib Berjilbab, Upaya Ahok Raih Simpati

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Angga Indrawan
Basuki Tjahaja Purnama
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Basuki Tjahaja Purnama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas), Muhammad Hailuki menilai sikap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ihwal peraturan jilbab sekolah merupakan upaya untuk meraih simpatik publik. Khususnya, untuk mendukung kepemimpinan Ahok menjelang akhir masa jabatannya.

"Bisa Pilkada 2017, bisa juga dukungan pada kepemimpinan dia selama ini. Intinya dukungan terhadap performa pemerintahan Ahok saat ini," kata dia kepada Republika, Kamis (9/6).

Sebelumnya, Ahok melarang sekolah-sekolah negeri memaksa siswinya mengenakan jilbab. Larangan itu disampaikannya saat memberi pengarahan kepada 1.700 kepala sekolah TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan pejabat struktural eselon III serta IV di lingkungan Dinas Pendidikan DKI Jakarta, di gedung Yayasan Budha Tzu Chi, Sabtu (4/6). 

Larangan seperti ini sudah pernah ia terapkan saat menjadi bupati Belitung Timur pada 2006. Ahok meminta larangan ini tidak dikait-kaitkan dengan anggapan bahwa ia anti terhadap agama Islam. 

Ia tidak ingin sekolah mewajibkan siswinya menggunakan jilbab karena, menurut Ahok, jilbab adalah panggilan iman. Jika dipaksakan, ia khawatir ada siswi yang tidak menggunakannya secara serius.

Hailuki menilai, ada konsekuensi yang harus dibayar Ahok terhadap sikap tersebut. Yakni, pertentangan dai Muslim yang religius atau sejumlah ormas Islam. "Apakah hal ini sudah dihitung oleh Ahok, saya yakin sudah dihitung. Menghitungnya dengan melihat demografi, berapa banyak Islam yg nasionalis," tutur dia.

Namun, menurutnya, persoalan larangan wajib berjilbab bukan persoalan krusial yang harus diprioritaskan Ahok. "Karena perdebatan tentang isu tersebut hanya menguras energi dan menutupi persoalan lain yang penting seperti misalnya soal reklamasi dan lainnya," ujar Hailuki.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement