REPUBLIKA.CO.ID, ACEH SINGKIL – Ramadhan menjadi momentum bagi antar umat beragama. Tak hanya di daerah mayoritas non muslim juga di daerah yang pernah terjadi gesekan antar agama.
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Marhamah Muhammad Rusdi Manik (37 tahun) mengatakan suasana puasa di Aceh Singkil khususnya di Desa Suka Makmur seperti hari biasanya. Suasana kondusif dan tidak ada perbedaan bahkan sebelum terjadinya gesekan hampir setahun yang lalu.
“Kami tidak menyelenggarakan kegiatan Ramadhan yang khusus,” jelas dia saat dihubungi Republika.co.id melalui pesan singkat, Kamis (9/6).
Toleransi terhadap umat muslim memang selalu terasa setiap Ramadhan. Umat non muslim menjaga suasana puasa dengan tidak makan, minum dan merokok di luar rumah. Bagi mereka yang memiliki kedai kopi, saat siang haripun mereka menutupnya untuk menghormati umat muslim yang sedang berpuasa.
Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Singkil Azmi mengatakan suasana Ramadhan di Aceh Singkil berbeda menjelang berbuka puasa. Banyak umat muslim yang keluar rumah untuk membeli jajanan berbuka puasa.
“Suasana kondusif dan Ramadhan tahun ini seperti tahun-tahun sebelumnya baik Aceh Singkil keseluruhan maupun di daerah yang pernah mengalami bentok,” jelas dia.
Kegiatan berbuka puasa bersama sering dilakukan di masjid-masjid. Bagi umat non muslim mereka menghormati dengan tidak membuka warung makanan di siang hari.
Pemerintah pun melakukan Safari Ramadhan berkeliling ke setiap kecamatan. Selain menjelaskan program kerja, mereka juga memberikan imbauan untuk terus menjaga keamanan dan juga memberikan pemahaman dengan maraknya narkoba serta kekerasan seksual.
Ketua MUI Bidang Kerukunan Umat Beragama Yusnar Yusuf mengatakan umat non muslim sejak dulu telah mendukung saat Ramadhan. “Di daerah mayoritas non muslim seperti Sumatera utara, mereka bergotong royong untuk membantu dalam menyediakan berbuka,” jelas dia.