REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Almarhum petinju legendaris Muhammad Ali meninggalkan sebuah dokumen sebelum ia berpulang pada Jumat, 3 Juni 2016. Dalam 'buku' setebal dua inci itu, almarhum memerinci bagaimana ia ingin pemakamannya berlangsung.
Penyabet tiga kali juara dunia kelas berat itu menginginkan adanya semacam prosesi upacara tertentu. Namun, Ali menekankan bahwa kegiatan itu bukan hanya untuk kalangan VIP, tetapi juga para penggemar dari masyarakat umum.
The Champ, julukannya, juga berharap kegiatan itu menghormati tradisi agama Islam sekaligus terbuka untuk agama manapun. Timothy Gianotti, seorang sarjana studi Islam yang membantu Ali merencanakan semua itu, menyebutkan bahwa almarhum hendak merefleksikan cinta, penghormatan, dan inklusivitas.
"Ini benar-benar dirancang oleh The Champ sendiri, ia ingin menyampaikan pesan ini kepada semua penduduk bumi," kata Gianotti.
Juru bicara keluarga Muhammad Ali, Bob Gunnell, mengatakan bahwa almarhum tidak pernah putus asa menghadapi kematian. Ali bahkan melakukan revisi akhir rencana itu beberapa hari sebelum ia meninggal di sebuah rumah sakit Phoenix, Arizona.
Pemakaman Muhammad Ali akan berlangsung pada Jumat (10/6) di Lousville, Kentucky, dalam serangkaian prosesi dan upacara besar. Para selebritas, atlet, mantan kepala negara, dan para kepala negara yang tengah menjabat akan memberikan penghormatan terakhir kepada sang 'Louisville Lip'.
Mantan Presiden AS Bill Clinton yang diketahui akrab dengan Ali akan memberikan pidato di KFC Yum! Center, yang dihadiri sekira 15.000 peziarah. Pembicara lain mencakup perwakilan dari beberapa agama, termasuk Islam, Yahudi, Kristen, Budha, dan Mormonisme.