Kepergian Muhammad Ali menghadirkan begitu banyak kenangan kepada dunia. Namun, kepedihan yang paling mendalam tentu saja terasa di kalangan kaum Muslim, terutama warga Muslim Amerika Serikat karena Ali adalah pahlawan sejati mereka, terutama di saat-saat sulit, yakni ketika Muslim dianggap bukan bagian dari negara tersebut atau dianggap sekadar tamu.
Pada kasus kampanye Donald Trump, pada persaingan pemilihan presiden kali ini, misalnya, Ali dengan terbuka mengkritik Trump yang berkoar akan melarang Muslim masuk ke Amerika Serikat bila dia nanti menjadi presiden menggantikan Barack Obama. Menurut Ali, Trump banyak yang salah paham tentang ajaran Islam.
"Saya seorang Muslim. Adalah bukan tindakan yang Islami membunuh orang-orang tak berdosa di Paris, San Bernardino, atau siapa pun di dunia," kata Ali, seperti dikutip dari ABC News awal Desember tahun lalu.
"Muslim sejati tahu bahwa kekerasan sadis yang dilakukan mereka, yang mengklaim sebagai jihadis, bertentangan dengan prinsip hakiki agama kami (Islam--Red)."
"Saya yakin, para pemimpin politik seharusnya menggunakan posisi mereka untuk mendorong pemahaman yang lebih baik tentang Islam dan menjelaskan bahwa apa yang dilakukan para pembunuh (teroris) itu telah menyesatkan persepsi tentang Islam. Bukannya mengeluarkan pernyataan menyinggung SARA seperti yang dilontarkan Trump," tutur Ali.