Jumat 10 Jun 2016 13:37 WIB

Jokowi Ingin Target Listrik 35 Ribu MW Bisa Dipercepat

Red: M Akbar
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato disela penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) Tahun 2015 dari Ketua BKP Harry Azhar Aziz di Istana Negara, Jakarta, Senin (6/6). (Antara/Setpres)
Foto: Antara
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato disela penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) Tahun 2015 dari Ketua BKP Harry Azhar Aziz di Istana Negara, Jakarta, Senin (6/6). (Antara/Setpres)

REPUBLIKA.CO.ID, KEMIRI -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan dirinya sangat "ngotot" supaya target penyediaan listrik 35.000 MW dapat dipercepat.

"Kenapa saya selalu menyampaikan, saya 'ngotot' 35.000 Mega Watt di seluruh Indonesia harus dipercepat, harus segera dikerjakan," kata Presiden Jokowi dalam acara "Ground Breaking" PLTU Lontar Extention 1x315 MW dan Peresmian Gardu Induk & Transmisi di Wilayah Jakarta Raya dan Banten di Tangerang, Banten, Jumat (10/6).

Presiden menjelaskan alasan di balik "kengototannya" itu tidak lain karena saat dilihat pada malam hari dari ketinggian masih banyak wilayah Indonesia yang masih gelap. Artinya, kata Presiden, masih banyak anak-anak Indonesia kesulitan penerangan saat akan belajar. (Baca: Jokowi Sambangi PLTU Lontar, Warga: Maaf Pak, Boleh Saya Minta Kerjaan!)

"Masih banyak anak-anak kita malam hari kalau mau belajar tidak ada listriknya, tidak ada lampunya. Kalau sudah seperti itu kalau anak yang rajin masih pakai lilin atau lampu teplok kalau anaknya malas, orang tuanya tidak mengingatkan ya malamnya tidak mau belajar, anaknya jadi enggak pinter, ini yang pemerintah tidak mau," katanya.

Selain itu, Presiden menambahkan, masih banyak desa dan kampung-kampung di Tanah Air yang belum mendapat aliran listrik sehingga usaha kecil dan usaha mikro tidak bisa berjalan dengan baik.

"Yang jahit tidak bisa jalan, yang usaha-usaha kerajinanm yang pakai listrik malam hari tidak bisa jalan," katanya.

Hal itulah yang mendorong Presiden untuk memastikan agar target listrik 35.000 MW bisa terkejar sehingga Indonesia tidak kalah saing dengan negara-negara lain.

Ia juga meminta jajarannya termasuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar bersama-sama menyelesaikan persoalan mengenai listrik.

"Listrik diperlukan untuk industri, untuk membuka hotel, kalau listrik kurang, mau bikin pabrik mana mau masuk (investor) pasti pindah ke daerah lain, ke negara lain. Kalau pabrik enggak ada yang berdiri, industri enggak ada yang berdiri, anak-anak muda kita akan kerja dimana," katanya.

Jokowi mengaku kendala di lapangan untuk membangun kelistrikan bukan sesuatu yang mudah. Jika dulu persoalan berkaitan dengan perizinan dan pembebasan lahan maka saat ini ia mengimbau seluruh pihak agar bekerja sama untuk membangun pembangkit listrik sehingga kekurangan pasokan listrik bisa segera dicukupi.

"Saya harapkan seluruh menteri dan Dirut PLN juga untuk sering turun ke lapangan untuk melihat masalah yang ada dan segera cepat diselesaikan," katanya.

Dalam acara itu sejumlah menteri yang turut serta mendampingi Presiden yakni Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri ESDM Sudirman Said.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement