REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bupati Bojonegoro, Jawa Timur Suyoto mulai berkampanye untuk menjadi Gubernur DKI dalam Pilkada 2017 mendatang. Saat berkampanye, ia meyakini bahwa dalam berpolitik kejujuran adalah hal yang utama.
"Saya meyakini sangat diperlukan kejujuran dalam politik, termasuk jujur dan terbuka latar belakang masing-masing," kata Suyoto dalam acara berjuluk 'Rekomendasi calon pemimpin Jakarta di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan, Jumat (10/6).
Suyoto mengatakan, dengan kejujuran tersebut maka akan memudahkan semua pihak dalam membaca dan menggali informasi dengan tepat, khususnya saat memegang jabatan. Sehingga, lanjut dia, tidak salah arah saat menjadi pelayan publik.
"Sungguh tidak dapat dipungkiri bahwa kita semua anak negeri mendapatkan pengalaman yang berbeda dalam pendidikan, lingkungan sosial dan politik. Namun saat menjabat jabatan publik, siapapun kita harus menjadi milik seluruh rakyat dan bekerja untuk rakyat, serta akan mendahulukan kepentingan publik dibanding urusan komunal apalagi personal," jelas dia.
Walaupun acara yang digelar oleh Majelis Pelayan Jakarta (PMJ) tersebut digagas oleh para tokoh Muslim, Suyoto juga meyakini bahwa acara tersebut sama sekali tidak dimaksudkan untuk memiliki pemimpin yang hanya menyenangkan sekelompok rakyat.
"Saya yakin dibalik ini ada semangat. Mari buktikan keislaman dengan mempersembahkan yang terbaik buat rakyat, bangsa dan negara. Pilar-pilar kebangsaan akan semakin kokoh bila para pemimpin melandasi seluruh kerjanya dengan ketulusan wujudkan rahmatan lil alamin," kata dia.
Suyoto adalah tokoh Muhammadiyah. Sebelum menjadi Bupati Bojonegoro, dia pernah menjadi dosen di Malang, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Anggota DPRD Jatim, serta Pengurus Partai dan aktivis Muhammadiyah. "Saat jadi Bupati harus jadi sopir bus umum atau plat kuning, mengurus semua penumpang tanpa membedakan berdasar keyakinan, suku dan warna kulit," ungkap dia.