REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Jumlah pengunjung objek wisata di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami penurunan tajam karena adanya gelombang pasang dan bulan puasa.
Bendahara penerimaan pendapatan retribusi pariwisata Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemudan dan Olahraga (Disbudparpora) Kulon Progo Ruri Atmini Retno di Kulon Progo, Sabtu, mengatakan saat gelombang pasang banyak wisatawan lokal datang ke pantai melihat kondisi laut, tapi mereka tidak memberikan retribusi pariwisata.
"Jumlah pengunjung turun drastis, sehingga tidak menyumbangkan pendapatan asli daerah. Pada hari-hari biasa, jumlah pengunjung berkisar 150 hingga 250 orang, dan pada Sabtu dan Minggu 350 hingga 500 pengunjung," kata Ruri.
Ia mengatakan saat ini, Disparpora mengandalkan pendapatan retribusi dari objek wisata buatan seperti Suroloyo, Gua Kiskendo dan Waduk Sermo.
"Saat ini, di Kulon Progo banyak bermunculan wisata baru yang dikelola oleh masyarakat, tapi tidak dikelola oleh pemkab. Sehingga kami hanya mengandalkan pendapatan retribusi dari Waduk Sermo, Gua Kiskendo dan Puncak Suroloyo," katanya.
Kepala Disparpora Kulon Progo Krissutanto mengatakan Disparpora tidak menutup objek wisata pantai. Namun, ia mengimbau wisatawan tidak berada di bibir pantai dan mematuhi aturan yang ada.
"Kami tidak melarang wisatawan berkunjung ke pantai, alangkah baiknya mengalihkan tujuan ke objek wisata buatan yang ada di Kawasan Bukit Menoreh," kata dia.
Saat ini, Disparpora Kulon Progo akan mengoptimalkan objek wisata buatan selama terjadi gelombang besar yang menerjang kawasan pantai selatan. Wisata buatan semua berada di kawasan Bukit Menoreh, seperti Waduk Sermo, Kalibiru, Gunung Gajah, Gunung Kelir, Gunung Agung, Kedung Pedut, Tuk Mudal, Gerojogan Sewu, Kebun Teh Nglinggo-Tritus, Gua Kiskendo, dan Puncak Suroloyo.
Selain itu, ada arum jeram Sungai Progo, Gua Kebon, sepada onthel Towil, pusat-pusat kerajinan dan batik yang berada di Kecamatan Sentolo, Nanggulan dan Lendah.