REPUBLIKA.CO.ID, SINGKIL, ACEH -- Warga Kampung Baru, Kabupaten Aceh Singkil memanfaatkan bulan Ramadhan dengan menjual tumbuhan jamur merang yang hidup liar di tandan kosong batang kelapa sawit. Pantauan Sabtu (11/5), memasuki hari ke lima bulan puasa semakin ramai saja penjual jamur merang tersebut, karena semakin ramai peminatnya.
Bila di Kecamatan Rimo dan Singkil ramai menjual aneka kuliner panganan untuk berbuka puasa, namun di persimpangan tugu Kampung Baru tersebut, sebagian masyarakatnya giat menjajakan jamur merang yang diambil dari tandan-tandan kosong yang sengaja ditumpuk di beberapa tempat lokasi yang telah disiapkan dengan harga Rp 5.000 per tumpuk.
"Harganya cuma Rp5.000 mas," kata Ibu Madi saat pembeli menanyakan harga jamur.
Biasanya, kata dia, pembeli yang berlalu lalang banyak pada waktu sore hari. "Jamur banyak diminati sebagai makanan pendamping lauk pauk seperti ikan, tempe, mi instan yang ditumis," kata Ibu Madi. Warga berjualan kebanyakan para orang dewasa dan anak-anak yang masih duduk dibangku SD dan SMP hanya sekedar iseng untuk mencari uang jajan harian.
Namun baru-baru ini, penjual jamur kebanyakan orang dewasa dan orang tua karena komoditas jamur merang semakin banyak diminati. Proses produksi jamur merang tandan buah kelapa sawit ini, hidup liar di sekitar perkebunan, dimanfaatkan warga tanpa ada budi daya pengembangannya.
Bila perusahaan perkebunan usai panen menumpuk tandan untuk menciptakan pupuk kompos di sekitar area perkebunan, sedangkan masyarakat memanfaatkan hal itu dengan cara mengutip jamur yang tumbuh sebelum tandan kering dan dibakar.
Biasanya jamur merang yang rasanya seperti daging itu bisa juga tumbuh di pohon padi yang siap panen. Tapi karena kawasan masyarakat mayoritas perkebunan kelapa sawit warga cendrung memanfaatkan budidaya perorangan dari tandan kosong kelapa sawit. Ibu Madi menyatakan, inisiatif untuk mengembangkan usaha budidaya jamur merang belum ada, karena masyarakat di Aceh Singkil kebanyakan petani kelapa sawit.
Menurut dia, agar produksi jamur merang bisa menghasilkan lebih banyak, idealnya tandan dihancurkan sehingga pertumbuhan jamur lebih baik. Untuk menghancurkan tandan butuh mesin penghancur, hal ini juga menjadi kendala bila berminat dalam pengembangannya.
Kalau ada mesin kemungkinan besar produksi jamur merang akan lebih banyak dan bisa dipasarkan hingga ke luar Aceh. Kemudian untuk budidaya jamur merang tidak membutuhkan lahan terlalu luas. Untuk produksi rumahan yang lahan dibutuhkan cukup satu rante atau 400 meter dengan beberapa kumbung di atasnya.