REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Veteran mantan pemimpin Malaysia Mahathir Mohamad berkampanye melawan partai lamanya selama akhir pekan. Ia berupaya mengubah para pemilih untuk menentang Perdana Menteri Najib Razak dalam pemilihan umum sela pekan depan.
Mahathir telah memimpin negara tersebut selama 22 tahun hingga pensiun pada 2003 silam. Awal tahun ini ia mundur dari United Malays National Organisation (UMNO) setelah skandal yang melibatkan Najib. Politisi 90 tahun itu pun bekerja sama dengan musuh lama UMNO, yakni Pakatan Harapan untuk menyingkirkan Najib yang pernah menjadi 'anak didiknya'.
"Jika orang-orang ingin melihat negara ini dirampok oleh Perdana Menteri, yang kini telah mengesahkan undang-undang yang membuat dirinya lebih kuat dari Agong (Raja), jika itu yang orang-orang inginkan, mereka akan mendapatkan yang layak," kata Mahathir pada konferensi pers saat berkampanye pada Sabtu (11/6).
Pada Sabtu, Mahathir melakukan kampanye dengan pesan anti-Najib ke pendukungnya di Sungai Besar. Ia meminta pemilih mendukung calon dari partai baru National Trust Party yang juga dikenal dengan Amanah.
"Tak peduli partai apa, ini merupakan partai orang-orang yang melawan Najib karena ia telah melakukan banyak korupsi, termasuk menggelapkan dana hingga 50 miliar ringgit," kata Mahathir mengacu pada masalah 1MDB.
Pemilihan umum sela akan dilakukan pada 18 Juni di tengah bulan puasa Ramadhan. Pemilu di Sungai Besar dan Kuala Kangsar itu akan menunjukkan bagaimana dukungan pada Najib untuk pemilihan nasional pada 2018 mendatang.
Dilansir kantor berita Malaysia Bernama, keputusan Mahathir melawan Barisan Nasional di Sungai Besar dan Kuala Kangsar dianggap sebagai tindakan penipuan oleh UMNO dan Barisan Nasional.
Kepala Divisi Pulai UMNO Datuk Nur Jazlan Mohamed mengatakan tindakan Mahathir merupakan penipuan. Hal itu menurutnya akan menjadi pelajaran yang ditinggalkan oleh mantan presiden UMNO tersebut.
"Saya tak tahu alasan untuk tindakannya dan jika dia tahu itu, aksi tersebut merupakan pengkhianatan terhadap partai dan peninggalannya sebagai perdana menteri negara selama 22 tahun," ujar Nur Jazlan.