Senin 13 Jun 2016 09:22 WIB

Pelaku Penembakan Orlando Bukan Orang yang Religius

Rep: Gita Amanda/ Red: Esthi Maharani
Anggota keluarga menunggu informasi dari polisi setelah tiba di dekat lokasi penembakan kelab gay di Orlando, Florida, Ahad, 12 Juni 2016.
Foto: AP Photo/Phelan M. Ebenhack
Anggota keluarga menunggu informasi dari polisi setelah tiba di dekat lokasi penembakan kelab gay di Orlando, Florida, Ahad, 12 Juni 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, ORLANDO -- Mantan istri pelaku penembakan Orlando, Florida, Omar Mateen mengatakan, mantan suaminya itu bukan orang yang sangat religius.

Wanita yang enggan menyebut namanya itu bahkan mengatakan, Mateen sebagai sosok yang tak stabil dan kerap berbuat kasar kepadanya. "Dia tampak seperti manusia normal. Sangat tidak religius dan kerap pergi ke gimnasium," kata wanita tersebut.

Ia mengisahkan, Mateen berasal dari keluarga migran asal Afghanistan, tetapi mantan suaminya itu lahir di New York. Keluarganya kemudian pindah ke Florida.

Dilansir The Independent, Senin (13/6), mantan istri Mateen itu mengatakan, ia mengalami masa-masa sulit saat pertama kali bertemu dan memutuskan pindah ke Florida bersama mantannya tersebut. Keduanya memang menikah pada Maret 2009 dan pindah ke kondominium dua kamar di Fort Pierce, Florida, milik keluarga Mateen.

Ia mengatakan, dalam beberapa bulan mereka menikah, tak ada tanda-tanda suaminya terpengaruh militan radikal. Namun, ia mengatakan, Mateen memang memiliki sebuah pistol kaliber kecil dan bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah fasilitas untuk remaja nakal.

"Dia adalah orang yang sangat tertutup," ujar mantan istri Mateen.

Ia juga mendeskripsikan mantan suaminya tersebut sebagai orang yang tak stabil. Pria tersebut, menurut dia, kerap memukul saat pulang ke rumah hanya karena masalah kecil, seperti cucian yang belum selesai.

Ayah dari Mateen juga mengatakan, pembantaian kelab gay di Orlando oleh putranya tak ada hubungan dengan agama. Pria itu mengatakan, anaknya sempat marah saat melihat dua orang gay berciuman di Miami. Ayah Mateen meyakini hal insiden tersebut relevan dengan serangan oleh anaknya di sebuah kelab gay pada Ahad (12/6) lalu.

"Kami meminta maaf atas semua yang terjadi. Kami tak mengetahui ia mengambil tindakan ini. Kami kaget seperti halnya seluruh negara," ujar ayah Mateen.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement