REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bogor segera melakukan upaya untuk mengantisipasi kekerasan dan pelecehan seksual. Caranya dengan mendirikan Sekolah Ibu untuk membekali pemahaman pada masyarakat.
"Saat ini kita sedang melakukan diskusi dengan semua pihak terkait proses rekrutmen bagi tenaga fasilitator dan juga untuk pelatihan bagi para fasilitator," kata Ketua TP PKK Yanne Bima Arya, Rabu (15/6).
Yanne menjelaskan, tenaga fasilitator yang diperlukan terbuka untuk umum dan cukup banyak peminatnya. Dia berharap, Sekolah Ibu nantinya bisa berpengaruh positif untuk kesiapan perempuan dan anak-anak agar terhindar dari kekerasan.
"Kaum wanita banyak menjadi korban pelecehan seksual dan kekerasan. Hal ini dimungkinkan akibat kurangnya pemahaman atau pendidikan," tutur Yanne.
Menurutnya, melalui sekolah tersebut bisa membuat para perempuan menambah wawasan secara umum terkait permasalahan di Indonesia saat ini. Yane menilai peran ibu bisa mengoptimalkan ketahanan keluarga.
"Secara langsung atau tidak langsung akan memberi dampak positif bagi anak, keluarga dan lingkungan sekitarnya,” ungkap Yanne.
Dari 68 kelurahan yang ada di Kota Bogor, lanjut Yanne, Sekolah Ibu akan dijalankan di 34 Kelurahan. Setiap sekolah akan ada 40 siswa yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga. Pembelajaran pun akan dilakukan dengan metode tertentu.
”Ibu-ibu akan konsisten belajar selama enam bulan dan dilengkapi 15 modul yang salah satunya adalah Modul Ketahanan Keluarga atau yang lazim kita sebut MODEKAR,” jelas Yanne.
Dalam.seminggu, siswa Sekolah Ibu akan belajar selama dua kali. Jam belajar akan dimulai pukul 09.00 WIB sampai 11.00 WIB agar tidak mengganggu aktivitas rumah tangga.