REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Terpilihnya Komisaris Jenderal Polisi Tito Karnavian sebagai calon Kepala Polri dinilai sedikit mengejutkan. Nama Tito ternyata yang dipilih Presiden Joko Widodo di tengah mencuatnya nama-nama pejabat polri bintang tiga lain seperti Budi Gunawan maupun Budi Waseso. Terlebih, dilihat dari senioritas, Tito merupakan junior bintang tiga lain. Hal ini dikhawatirkan akan membuat goncangan di internal Polri.
Namun, Tito menegaskan komunikasinya dengan senior lainnya berjalan dengan sangat baik. Tito mengaku sering berkomunikasi dengan banyak senior seperti Budi Gunawan, Budi Waseso, maupun senior lainnya. Dari komunikasi dengan mereka, Tito mengatakan senior mendukung pencalonannya sebagai Kapolri pengganti Badrodin Haiti.
“Dari komunikasi kita (dengan senior) saya dapat pesan, prinsipnya senior mendukung, tapi saya harus tunjukkan leadership yang dapat diterima, yaitu dengan komitmen memerbaiki Polisi,” tutur Tito di kompleks parlemen Senayan, Kamis (16/6).
Nama Tito dikabarkan tidak diusulkan oleh Wanjakti karena Tito sendiri pernah menolak dimasukkan sebagai salah satu calon Kapoolri. Penolakan itu diakui oleh Tito pernah disampaikan ke Kapolri Badrodin Haiti maupun Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan. Pendapat Tito saat itu, sebaiknya senior yang diprioritaskan diberi tempat sebagai Kapolri. Sebab, Tito mengakui masih tergolong junior dibanding yang lain, dan masa pensiunnya masih panjang.
Beberapa hari lalu, kata Tito, dirinya juga diminta pandangannya soal pencalonan Kapolri, dan jawabannya sama seperti yang pernah disampaikan ke Kapolri maupun Menkopolhukam. Ia tetap mendorong yang senior untuk mengisi jabatan Kapolri selanjutnya. “Saat diberi tahu sudah ada keputusan, dan ini dari pimpinan, maka sebagai prajurit sama, Polri-TNI tidak boleh membantah, dan saya akan all out,” kata dia.
Sebagai calon tunggal Kapolri, Tito menyoroti soal kepercayaan masyarakat terhadap Polri yang semakin kurang. Sebab itu, saat menjadi Kapolri nanti, visi Polri harus membangun kembali kepercayaan masyarakat pada Polri tersebut. Tito akan mengutamakan syarat interpersonal skill untuk membangun hubungan dengan semua pihak. Artinya, bukan senior pasti dapat tempat di Polri. Tito hanya akan memilih sosok yang memiliki kompetensi dan visi reformasi.
Baca juga: Tito Janjikan Reformasi Polri Tanpa Pengaruh Senioritas