REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saeni (53 tahun) menjadi news makers dalam satu pekan terakhir. Namanya melambung sejak Satpol PP Pemkot Serang, merazia warung makan miliknya yang buka pada siang hari saat Ramadhan, Jumat (19/6).
Toleransi digaungkan dalam pemberitaan tersebut. Perda syariat yang mengatur jam buka warung makan selama Ramadhan dihajar habis-habisan. Satpol PP sebagai kepanjangan tangan Pemkot Serang dihujat karena dinilai bertindak kasar, tidak berprikemanusiaan.
Pakar otak kanan sekaligus penulis buku best seller 7 Keajaiban Rezeki, Ippho Santosa punya pendapat sendiri soal pemberitaan tersebut. Dalam laman Facebook resminya, Ippho mengajak kita melihat dari frame toleransi sebenarnya. Berikut tulisan Ippho yang Republika.co.id kutip dari laman Facebook Ippho.
Pernah Nyepi di Bali? Keluarga saya pernah. Seperti yang kita tahu, saat Nyepi, hampir semua kegiatan ditiadakan. Contoh, selama Nyepi keluarga pasien di berbagai rumah sakit tidak boleh keluar RS dengan alasan apapun. Stok makanan pun harus disiapkan, mengingat warung di sekitar RS juga tutup.
Selama Nyepi, bandara tutup satu hari dan ratusan penerbangan ditiadakan. Perbankan tutup sampai tiga hari. Anda mungkin menyebutnya aneh dan rugi. Tapi sebagian pengamat menyebutnya unik dan hemat. Di atas segalanya, itulah tradisi dan keyakinan mereka. Hargai. Akan indah jadinya.
Anda masih protes? Tunggu dulu. Apakah Anda penduduk Bali? Apakah pendapat Anda dianggap penting bagi warga Bali? Jika tidak, baiknya Anda diam saja. Hargai. Konon pemilik sebuah toko seluler di Kuta Bali pernah menghina tradisi ini. Yah wajar saja kalau warga merasa geram. Lalu, sebagian mengamuk dan merusak toko itu.