REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Perum Bulog Divisi Regional Nusa Tenggara Timur kesulitan untuk melakukan kegiatan operasi pasar gula, karena stok komoditas tersebut sudah habis sejak pekan lalu, kata seorang pejabat Bulog setempat.
"Stok gula pasir yang kita kuasai sebanyak 24 ton, namun sudah habis semuanya setelah dilakukan operasi pasar pada pekan lalu," kata Kepala Bidang Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Divre NTT Minggus Foes, Jumat (17/6).
Ia mengatakan kehabisan stok gula pasir tersebut, karena terjadi peningkatan jumlah pembeli saat dilakukan operasi pasar khusus gula pasir di halaman depan Perum Bolog NTT di Jalan Palapa Kupang.
Menurut Foes, stok gula pasir sebanyak 24 ton itu sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen selama Ramadhan sampai tibanya Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah. "Kami sama sekali tidak menduga jika jumlah permintaan saat dilakukan operasi pasar begitu banyak, sehingga stok tersebut langsung habis saat dilakukan operasi pasar pekan lalu," ujarnya.
Ia mengatakan Perum Bulog tidak memiliki otoritas untuk mengendalikan stok gula pasir di pasaran, tetapi oleh Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). "Otoritas pengendalian stok gula pasir ada di tangan PPI, sementara Bulog hanya mengambil sebagian kecinya untuk melakukan operasi pasar untuk mengendalikan harga," katanya.
Namun untuk mengantisipasi kekosongan stok gula pasir di Bulog NTT, pihaknya telah membeli gula pasir dari Surabaya, Jawa Timur sebanyak 27 ton.
"Lebih dari dua puluh ton gula pasir itu sedang dalam proses pengapalan menuju Kupang. Kami berharap, stok gula pasir tersebut bertahan sampai Idul Fitri," tambahnya.
Harga jual gula pasir yang diberlakukan Perum Bulog NTT dalam kegiatan operasi pasar tersebut sebesar Rp 12.500 per kg atau setara dengan harga yang diberlakukan PPI. Sementara harga gula pasir di pasar-pasar tradisional dalam Kota Kupang masih bervariasi antara Rp 13.000 sampai Rp 14.000 per kg.