REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Iklim Sicincin, Sumatera Barat, menyampaikan gangguan awan kumulonimbus atau yang membawa hujan di suatu daerah sifatnya harian dan bergerak periodik.
"Karena siklusnya harian, jadi saat ada curah hujan tinggi berarti dalam tiga hari atau maksimal seminggu gangguan per harinya akan berakhir," kata Peneliti Muda BMKG Stasiun Iklim Sicincin Sugeng Nugroho saat dihubungi dari Padang, Jumat (17/6).
Ia menyampaikan siklus seperti itu ialah fenomena jangka pendek saja, namun bisa terjadi berulang. Untuk wilayah Sumbar, pada beberapa hari terkahir awan kumulonimbus bergerak dari arah Samudera Hindia sehingga daerah yang lebih terdampak ialah pesisir pantai.
"Kecuali kalau ada fenomena tertentu yanh memicu peristiwa jangka panjang, tentu kemungkinan terjadi hujan menjadi lebih sering," katanya.
Terkait hujan deras yang mengguyur Padang pada Kamis (16/6) hingga Jumat pagi, ia menilai kejadian itu juga terjadi akibat siklus bersifat harian dan diperkirakan kondisi serupa tidak akan sampai seminggu. "Gangguan itu sifatnya tidak terus menerus, tapi bisa terjadi berulang pada beberapa hari berikutnya," ujarnya.
Sebelumnya ribuan rumah di tujuh kecamatan Kota Padang terendam banjir akibat hujan deras pada Kamis (16/6). Hujan mengguyur daerah itu sejak Kamis (16/6) pukul 16.00 WIB dan berakhir pada Jumat sore. "Kemarin hujan menggenangi rumah hingga 50 sentimeter, namun air sudah surut karena hujan telah berhenti," ujarnya.
Menurutnya, pada Juni sering terjadi hujan, namun hujan pada Kamis (16/6) ialah yang paling deras.