Sabtu 18 Jun 2016 09:15 WIB

Kebudayaan Indonesia Masih Belum Dianggap Aset dan Memiliki Nilai Jual

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Winda Destiana Putri
Mahasiswa Indonesia asal Aceh menampilkan tari saman pada perayaan Hari kebudayaan Indonesia (Indonesischer Kulturtag) di Koeln, Jerman.
Foto: Foto-foto: Dinaroe
Mahasiswa Indonesia asal Aceh menampilkan tari saman pada perayaan Hari kebudayaan Indonesia (Indonesischer Kulturtag) di Koeln, Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur NTB, TGH Muhammad Zainul Majdi menilai kebudayaan Indonesia masih belum dianggap aset serta belum memiliki nilai jual. Hal itu yang membuat promosi-promosi kebudayaan masih minim dilakukan.

"Kita belum menganggap kebudayaan di Indonesia sebagai sebuah aset dan memiliki nilai jual," ujarnya saat memberikan sambutan dihadapan anggota Komisi X saat membahas RUU Kebudayaan di Kantor Gubernur," Jumat (17/6).

Menurutnya, kebudayaan di luar negeri banyak dipromosikan di berbagai tempat. Salah satunya di maskapai penerbangan. Sebagai bentuk memperkenalkan budaya di negerinya. Namun, di Indonesia sendiri sedikit sekali yang promosi tentang kebudayaan.

"Jangan-jangan kita tidak mau mempromosikan karena kita belum bangga," ungkapnya.

Ia menuturkan, keberadaan RUU Kebudayaan penting bagi NTB. Namun begitu, kebudayaan nasional masih perlu didefinisikan kembali agar memiliki kejelasan. Lebih penting yang lainnya adalah posisi kebudayaan daerah di tingkat nasional.

"Banyak inisiatif kebudayaan daerah yang berkembang dan harus diakui dan apresiasi serta ditetapkan sebagai proses yang baik dalam kebudayaan nasional," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement