REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Jonathan (23), seorang peneliti asal Amerika Serikat berpartisipasi memainkan alat musik (tabuh) klasik selonding dan gambang bersama Sanggar Suara Dana, Desa Celuk, Sukawati, Gianyar, Bali, saat acara Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38.
"Saya tertarik memainkan musik ini karena nada dan instrumen musiknya yang unik dengan penuh harmoni yang sangat berbeda dari alat musik lainnya," ujar Jonathan saat ditemui di Art Center, Denpasar, Bali, Sabtu (18/6).
Ia mengatakan, tabuh kuno ini merupakan kesenian yang sangat luar biasa, karena jenis melodi dan tempo permainan alat musik ini berbeda-beda disetiap daerah yang ada di Bali.
Jonathan yang sudah melakukan penelitian musik alat musik itu selama tiga tahun mengaku, ada 100 jenis alat musik yang ada dan berbeda di setiap daerahnya.
"Saya sudah banyak mempelajari tabuh klasik selonding dan gambang ini yang ada diberbagai daerah di Pulau Dewata seperti Kabupaten Gianyar, Tabanan, Buleleng dan Karangasem," ujarnya.
Ketut Suardana selaku Ketua Yayasan Suara Dana, Desa Celuk, Gianyar, mengatakan Jonathan merupakan seorang peneliti alat musik dari Amerika yang bergabung dengan saggar seni kami selama satu minggu. "Peneliti ini sudah lama memainkan alat musik ini, namun saat bergabung dengan sanggar seni ini hanya mempelajari satu minggu saja," ujarnya.
Ia mengharapkan, generasi muda Bali tertarik memainkan alat musik ini karena, permainan alat musik ini merupakan dasar dari berbagi seni instrumen Bali.
Menurut dia, generasi muda belum banyak yang tertarik memainkan alat musik ini, karena sulit mengingat nada musik yang mencapai 100 not, bahkan lebih. "Saat ini kebanyakan yang bermain alat musik selonding dan gambang ini kalangan lanjut usia," ujarnya.
Ia menuturkan, instrumen musik selonding dan gambang ini terbuat dari bambu dan ditampilkan dalam PKB tahun ini agar, dapat terus eksis melestarikan seni budaya dan menggugah generasi muda Bali untuk ikut memainkan alat musik ini. "Untuk judul lagu yang disajikan dalam ajang PKB ini yakni Manukaba, kanjimarga, palugon, bangkung arig dan labda," ujarnya.
Ia menambahkan, alat musik ini dimainkan saat upacara ritual 'pitra yatnya' dan 'dewa yadnya' yang jumlah pemain alat musik ini berjumlah lima hingga empat orang. "Musik klasik selonding dan gambang ini sudah ada sejak abad ke-11," ujar Ketut Suardana.