REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Kalau kita menelaah sejarah hidup Nabi Muhammad SAW, kita akan banyak mendapati contoh teladan tentang keagungan seorang manusia. Yang selama hidupnya mempraktikkan hidup penuh kasih sayang, ramah tamah, toleransi, dan jauh dari sifat-sifat serakah serta mau menang sendiri.
Sejak masanya yang paling awal, Nabi SAW menerapkan konsepsi bahwa semua manusia itu bersaudara, harus dihormati sebagaimana adanya, dan dinilai menurut diri mereka sendiri.
Sifat-sifat, perilaku, dan kepribadian Nabi SAW itu kini banyak diungkapkan kembali kaum Muslimin di berbagai pelosok Tanah Air untuk memperingati maulid (kelahiran)-nya. Yang justru banyak dipertanyakan mengapa umat Islam sekarang ini tidak terlihat adanya kasih sayang dan kecintaan sesama umat, seperti yang dipraktikkan Nabi Muhammad SAW. Seolah-olah kaum Muslimin sudah kehilangan vitalitas untuk mencontoh kehidupan pemimpin besarnya itu.
Karena itu, sangatlah disayangkan bahwa kasih sayang dan persaudaraan yang dengan gemilang telah dipraktikkan Nabi SAW dan para sahabatnya kurang tercermin dalam kehidupan sehari-hari kaum Muslimin sekarang ini. Bahkan, yang terlihat berbagai praktek kekerasan, seperti pembunuhan dan main hakim sendiri yang sudah sangat membahayakan dan memprihatinkan semua pihak.
Tentu saja, segala perbuatan tersebut sangat bertentangan dengan perilaku Nabi sehari-hari. Apalagi bila diingat Nabi SAW diutus Allah ke dunia ini sebagai rahmatan lil alamin dan membawa pesan-pesan universal.
Haruslah diingat prinsip-prinsip keadilan, keamanan, kejujuran, kedermawanan, dan kerja keras seperti dicontohkan Nabi SAW, merupakan gagasan di setiap zaman. Segala prinsip dan cita-cita tersebut dapat diterima, bahkan tengah diperjuangkan oleh seluruh umat manusia di jagad ini. Prinsip-prinsip yang didambakan manusia baik masa kini, masa lalu, dan juga di masa mendatang.
Apa yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa risalah Nabi, sejarah, dan sunahnya, tetap relevan hingga sekarang dan tidak pernah kadaluarsa. Apalagi untuk memperjuangkannya Nabi telah memberikan seperangkat konsep, cita-cita, dan sistem untuk memecahkan problem-problem yang dihadapi manusia modern.
Sekali lagi, dalam situasi negara yang terpuruk seperti sekarang, mencontoh kehidupan Nabi bisa membantu kita dalam menghadapi berbagai krisis. Kalau Nabi Musa diberikan mukjizat seperti tongkatnya dapat membelah lautan, dan Isa dapat menghidupkan orang mati, tapi mukjizat Nabi Muhammad saw terletak pada pribadinya sendiri. Karena, perilaku Nabi menghimpun segala kesempurnaan yang optimal.
Dalam kaitan ini, Dr Mustafa Mahmud mengatakan, "Muhammad saw sendirilah yang dalam kelakuan, perangai, dan tingkah laku hidupnya merupakan mukjizat yang berjalan di atas permukaan bumi."
Bukankah sifat-sifat Nabi yang pemurah, penyabar, pengasih, selalu bermanis durja, merupakan pribadi yang menjelmakan mukjizat, kata sejarawan Mesir kontemporer itu.
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya melimpahkan shalawat kepada Nabi. Wahai sekalian manusia, bershalawatlah kalian kepadanya." (QS Al-Ahzab: 56).