Hangatnya Bincang Sastra Religius (bagian 3-Habis)

Red: Irwan Kelana

Ahad 19 Jun 2016 14:29 WIB

Sejumlah penyair menerima buku puisi terbaru karya LK Ara di sela acara ngabuburit sastra yang diadakan oleh Litera di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (18/6). Foto: Dok Litera Sejumlah penyair menerima buku puisi terbaru karya LK Ara di sela acara ngabuburit sastra yang diadakan oleh Litera di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (18/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PAMULANG – Sejumlah penyair dari Jadebotabek dan Aceh menggelar bincang sastra religius di Griya Litera, Pamulang, sejak siang hingga larut malam, Sabtu 18 Juni 2016. Diskusi hangat  itu membahas  tema “Sastra dan Manusia Religius”.

Usai diskusi, acara itu tak berarti berakhir.  Acara selanjutnya adalah pengenalan alias soft launching buku puisi terbaru LK Ara. Kali ini, “sopir” alias pemandu berganti dari Mustafa ke Fikar W Eda. Lima orang dipanggil ke depan untuk menerima buku puisi dua bahasa itu dari penyairnya. Mereka adalah Ahmadun, Chavchai, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Bogor Ace Sumanta, Ketua Dewan Kesenian Tangerang Selatan Shobir Poer, dan Ketua Harian Dewan Kesenian Depok Asrizal Nur.

LK Ara sempat pula membaca salah satu puisi pendeknya yang diambil dalam buku itu, diapit para tokoh yang menerima bukunya. Setelah itu, giliran LK Ara mengisahkan proses kreatifnya. Ia mengaku tiap hari  menulis puisi. “Saya bangun pukul 04.00,” ujarnya. Ia menulis dalam udara dingin yang menusuk. Ia memang dalam beberapa tahun terakhir sering berada di kampung halamannya di kota dingin Takengon, Aceh Tengah.

Sesi peluncuran buku itu kelar, acara bergerak  dengan tadarus puisi.  Pemandunya kini bergeser ke Mahrus Prihany. Ia lalu mempersilakan Fikar W Eda menjadi pembaca puisi pertama yang membawakan “Syair Perahu” karya Hamzah Fansuri. “Ini puisi panjang. Saya baca beberapa bait.  Saya menawarkan kepada kawan-kawan untuk meneruskan membaca puisi ini secara bergiliran,” tutur Fikar.