Senin 20 Jun 2016 09:08 WIB

Cina Ajukan Protes ke Indonesia

TNI-AL kembali menangkap kapal pencuri ikan berbendera Cina di Kepulauan Natuna.
Foto: Puspen TNI
TNI-AL kembali menangkap kapal pencuri ikan berbendera Cina di Kepulauan Natuna.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sebuah kapal milik Angkatan Laut Indonesia telah menembaki sebuah kapal nelayan Cina, dan melukai satu orang, menurut laporan Kementerian Luar Negeri Cina, seperti dikutip The Guardian, Senin (20/6).

Insiden ini merupakan konfrontasi ketiga antara kedua negara sepanjang tahun ini seiring meningkatnya ketegangan regional di kawasan Laut Cina Selatan.

Angkatan Laut Indonesia mengatakan, pihaknya telah melepaskan tembakan peringatan ke beberapa kapal nelayan berbendera Cina yang dituduh melakukan penangkapan ikan ilegal di dekat Kepulauan Natuna. Namun, seorang juru bicara mengatakan kepada Reuters tak ada yang terluka dalam insiden tersebut.

Indonesia selama ini tidak ikut ambil bagian dalam sengketa wilayah di Laut Cina Selatan. Akan tetapi, pemerintah Indonesia keberatan dengan masuknya kapal-kapal Cina ke wilayah perairan Kepulauan Natuna di Kepulauan Ria (Kepri).

Pemerintah Cina telah mengatakan bahwa pihaknya tidak merebut kedaulatan Indonesia atas Kepulauan Natuna, meskipun pernyataan itu mengatakan bahwa daerah di mana insiden itu terjadi tunduk dengan kepentingan yang tumpang tindih.

"Kapal Angkatan Laut Indonesia yang menembaki salah satu kapal nelayan Cina berhasil menahan kapal beserta tujuh orang awak kapal," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying, Ahad (19/6). Penangkapan itu dilakukan personel TNI-AL pada Jumat (17/6). 

Hua mengatakan penjaga pantai Cina diselamatkan nelayan terluka, yang diangkut ke provinsi Pulau Hainan di bagian selatan Cina untuk mendapatkan pengobatan.

Tidak jelas dari pernyataan apakah Indonesia masih menahan kapal nelayan tersebut beserta dan para awaknya. Namun, pihak Beijing telah membuat protes resmi atas insiden tersebut, kata kementerian itu dalam pernyataannya, dan mendesak Indonesia untuk tidak mengambil tindakan lebih untuk memperumit situasi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement