REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Bencana membuat anak-anak Asia kesulitan mengenyam pendidikan dengan layak. Mulai dari gempa di Nepal hingga banjir di Myanmar, ribuan sekolah hancur hingga ratusan ribu anak tidak bisa belajar di kelas.
LSM Save the Children melaporkan pendidikan anak-anak ini butuh bantuan kemanusiaan. Gempa di Nepal tahun lalu telah menghancurkan lebih dari 8.200 sekolah. Sebanyak 870 ribu anak tidak punya kelas.
Hampir setahun, masih banyak anak yang belum punya fasilitas pendidikan layak. Mereka terpapar cuaca ekstrem musim dingin. Save the Children dalam sebuah laporan menyebut pendidikan telah hilang karena bencana di Asia Pasifik.
Masalahnya, hanya kurang dari dua persen dana kemanusiaan dialokasikan untuk pendidikan. Sehingga rekonstruksi dan perbaikan sekolah harus ditunda untuk mengurus hal lain.
Laporan badan bantuan global ini akan diluncurkan pada Selasa. Detail kerusakan pada pendidikan anak karena lima bencana pada 2015 akan dijelaskan di sana. Contohnya banjir di Myanmar menghancurkan 4.100 sekolah sehingga 250 ribu anak di limbo dalam beberapa bulan.
"Pendidikan harus diprioritaskan sebagai bagian dari respon holistik," kata penulis laporan, Sarah Ireland dari Melbourne. Penasihat kebijakan dan advokasi kemanusiaan Save the Children ini juga mengatakan efek menyelamatkan pendidikan akan luar biasa.
Laporan "Education Disrupted" ini akan diluncurkan di Bangkok dalam konferensi PBB soal penurunan risiko bencana. Ireland mengatakan laporan menyediakan informasi yang bisa meningkatkan koleksi data di masa depan. Termasuk meningkatkan respons dan dukungan pascabencana.