Senin 20 Jun 2016 15:53 WIB

Bencana Jawa Tengah, 600 Warga Tambak Masih Terisolasi

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas mengoperasikan alat berat guna mencari korban tanah longsor di Caok, Karangrejo, Loano, Purworejo, Jateng, Senin (20/6).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas mengoperasikan alat berat guna mencari korban tanah longsor di Caok, Karangrejo, Loano, Purworejo, Jateng, Senin (20/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Dampak bencana banjir dan longsor yang terjadi di beberapa kecamatan Kabupaten Banyumas, Sabtu (18/6), belum sepenuhnya tertangani. Selain masalah sisa-sisa lumpur dan sampah yang banyak berserakan, sebanyak 600-an warga di wilayah Desa Watuagung, Kecamatan Tambak, hingga kini masih terisolasi karena bencana longsor telah menutup akses jalan mereka.

Ironisnya, dalam kondisi seperti ini pihak Pemkab Banyumas dinilai lamban dalam memberikan respons mengatasi dampak pascabencana. ''Kita sebenarnya sudah minta pada Pemkab Banyumas untuk segera mengatasi longsor yang memutus akses jalan-jalan. Tetapi belum mendapat respons," jelas Kepala Desa Watuagung, Sugito, Senin (20/6).

Menurut dia, warga yang terisolasi tersebut tinggal di tiga wilayah dusun, antara lain Dusun Karang Jambe, Kedung Eyang, dan Dusun Plandi yang berada di wilayah bagian utara Desa Tambak. ''Karena akses jalan yang ada terputus, maka warga Dusun Karang Jambe yang hendak ke dusun tetangganya harus berjalan memutar melalui kawasan hutan sejauh 2 km," jelasnya.

Hal yang memprihatinkan lagi, penerangan di ketiga dusun yang terisolasi tersebut sama sekali tidak ada. Sebabnya, pembangkit listrik tenaga kincir air yang menjadi satu-satunya sumber penerangan warga ketiga grumbul tersebut hancur dan hanyut terbawa banjir.