REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Luas lahan tanaman kina di Kabupaten Bandung dari tahun ke tahun terus berkurang. Lemahnya prospek tanaman tersebut secara bisnis membuat sebagian lahan kina dialihkan ke tanaman lain. Keberadaan tanaman yang pernah menaruh sejarah di kawasan Bandung Selatan ini pun terancam punah.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung Ande Supriatna menuturkan, nasib tanaman kina yang dikelola oleh perusahaan negara (BUMN) PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII ini sudah tidak terlalu prospektif secara bisnis.
“Banyak yang mencoba ke kopi,” katanya, belum lama ini.
Namun, hingga kini dinasnya belum merekomendasikan adanya diversifikasi dari kina ke tanaman lain. Sebab, kina masih menjadi ikon dan merupakan komoditas khas Kabupaten Bandung. Hal ini bakhan sudah menjadi lambang kabupaten tersebut sehingga harus dipertahankan.
Berdasarkan data Distanbunhut pada tahun lalu, luas lahan kina tinggal 25 hektare. Wilayah yang ditanami kina saat ini pun hanya Kertasari. Luas lahan ini jauh berbeda jika dibandingkan pada 2003 yang masih di atas 500 hektare.
Luas lahan tersebut lambat laun berkurang seiring lemahnya prospek bisnis kina. “Dulu kan untuk obat penawar malaria, dan sampai saat ini pun masih untuk obat malaria saja,” ucap dia.
Bupati Bandung Dadang Naser mengakui nasib kina saat ini memprihatinkan. Lantaran, fungsi kina sebagai obat malaria kini sudah tergantikan dengan obat-obat berbahan kimia.
Tak hanya itu, Museum Kina yang berada di Kertasari pun kondisinya boleh dibilang sudah tidak terurus. Menurut Dadang, kalaupun memang produksi kina dari Kabupaten Bandung kian berkurang, setidaknya museum tersebut harus dipugar kembali.
“Minimal itu (pemugaran Museum Kina), sehingga lambangnya abadi,” tutur dia.
Meski luas lahan tanaman Kina kian menyusut, luas lahan tanaman lain seperti kopi dan teh mulai bertambah. Distanbunhut Kabupaten Bandung mencatat ada 10 ribu hektare lahan kopi. Dari total itu, 3.000 lahan milik rakyat dan sisanya berada di kawasan hutan Perhutani.
Produksi kopi pada 2015 pun sebesar 27 ribu ton, meningkat 20 persen dari tahun sebelumnya. Tahun ini, produksi kopi ditargetkan mencapai 35 ribu ton.
Sedangkan total lahan perkebunan teh milik rakyat yaitu mencapai 1.700 hektare. Pada 2015 lalu, Kabupaten Bandung menghasilkan 3.000 ton teh hasil olahan. Angka ini naik 10 persen ketimbang tahun sebelumnya. Tahun ini, target produksi teh hasil olahan mencapai 3.700 ton. Teh yang banyak diburu adalah jenis white tea yang diakui memang memiliki harga jual yang tinggi ketimbang jenis lain.