REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Banjir bandang di sejumlah wilayah Cina selatan sejak Sabtu menewaskan setidak-tidaknya 22 orang, sementara 20 lagi belum ditemukan.
Hingga kini, hujan masih turun di wilayah tersebut dan diperkirakan berlanjut hingga tiga hari ke depan. Akibat banjir tersebut, pemerintah harus mengungsikan 200 ribu warga dari provinsi dan daerah Hubei, Sichuan, Guizhou, Jiangxi, Yunnan, Zhejiang, dan Anhu, kata Kementerian Urusan Sipil.
Hujan deras membuat ketinggian air naik ke tingkat membahayakan sehingga merusak tanaman pertanian dan 10.500 rumah warga, kata kantor berita Xinhua. Kerugian diperkirakan mencapai 1,1 miliar dolar AS, kata kantor berita tersebut.
Pada pekan lalu, hujan deras tiga hari berturut-turut menewaskan 14 orang, kata Xinhua pada Jumat. Cina seringkali mengalami bencana alam besar, terutama banjir dan gempa. Banjir yang terjadi hampir setiap tahun diperparah urbanisasi tidak terkendali dan keburukan prasarana saluran di banyak kota.
Sejumlah pejabat Cina sudah mengingatkan kemungkinan banjir besar pada tahun ini akibat badai El Nino, gejala alam yang menaikkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik dan diduga menyebabkan kerusakan tanaman, kebakaran hutan, banjir bandang dan kekeringan di sejumlah negara.