REPUBLIKA.CO.ID, Band rock asal Jepang, Weaver, mengaku baru mengetahui gamelan setelah terlibat dalam We Are Asia: Dean Fujioka and Friends//. Program hiburan bergaya dokumenter itu memungkinkan mereka merasakan petualangan kebudayaan di Kamboja, Hong Kong, dan Indonesia.
"Kami pergi menonton pertunjukan gamelan dan mendengarkan suara yang sangat menenangkan, frekuensi yang belum pernah kami dengar sebelumnya," ungkap Weaver yang terdiri dari Yuji Sugimoto, Toru Kawabe, dan Shota Okuno tersebut.
Grup yang baru saja merilis album Night Rainbow itu lantas tertarik menjalin instrumen gamelan dalam musik mereka. Hal tersebut membawa mereka berkolaborasi dengan belasan seniman gamelan muda dari Balai Budaya Minomartani, Sleman, Yogyakarta.
Pentas utama kolaborasi tersebut berlangsung di Candi Borobudur, di mana para seniman gamelan memainkan dua lagu tradisional 'Suwe Ora Jamu' dan 'Jaranan. Selanjutnya, orkestra gamelan berkolaborasi dengan Weaver memainkan 'Kokoro No Tomo' dan satu lagu khusus yang digubah untuk program tersebut.
"Anak-anak tersebut sangat luar biasa. Mereka berlatih dengan sangat keras. Mereka tidak terlihat gugup sama sekali dan sebaliknya, kami yang benar-benar gugup!" tutur Weaver yang telah tiga kali bertandang ke Indonesia itu.
Menurut Weaver, We Are Asia yang ditayangkan tiap Ahad di GEM TV Asia adalah tayangan yang perlu disimak. Sebab, program tersebut menghadirkan pengalaman unik mengenai Jepang dan berbagai wilayah di Asia sekaligus.
Weaver mencontohkan, musikus seperti mereka pun belum terlalu mengetahui berbagai jenis musik dan tradisi di Asia. Karenanya, pembelajaran budaya merupakan hal yang penting untuk saling mengenal dan menemukan satu sama lain.
"Ada begitu banyak instrumen di luar Jepang yang kami tidak akan pernah tahu jika bukan karena We Are Asia. Kami merasa cakrawala musik kami telah diperluas," ucap mereka.