REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Pengusiran paksa global naik tajam pada 2015 hingga mencapai tingkat tertinggi. Demikian disampaikan Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) di dalam laporan yang disiarkan di Pretoria.
UNHCR mencatat rata-rata 24 orang kehilangan tempat tinggal setiap hari. Pada 2005, jumlah orang yang terusir dari rumah mereka adalah enam setiap menit.
Konflik dan penghukuman adalah penyebab utama kecenderungan lonjakan tersebut. Global Trends melacak laporan pengusiran paksa di seluruh dunia dengan dasar dari pemerintah, mitra dan laporan milik organisasi itu sendiri. Laporan itu mengatakan 65,3 juta orang kehilangan tempat tinggal pada akhir 2015, dibandingkan dengan 59,5 juta cuma 12 bulan sebelumnya.
Angka tersebut adalah untuk pertama kali jejak 60 juta orang telah dilacak. Sebanyak 65,3 juta orang dibandingkan dengan 3,2 juta orang di negara industri yang, hingga akhir 2015, menunggu keputusan suaka; 21,3 juta pengungsi di seluruh dunia, yang merupakan tingkat tertinggi sejak awal 1990-an; 40,8 juta orang yang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka tapi masih berada di dalam negeri mereka, naik 2,6 juta dari 2014 dan jumlah paling banyak yang dicatat.
Diukur dengan perbandingan 7,349 miliar penduduk dunia, jumlah tersebut berarti satu dari setiap 113 orang di dunia kini menjadi pencari suaka. Juga orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka atau menjadi pengungsi, dengan tingkat risiko yang tak pernah ada sebelumnya.
Laporan tersebut mencatat setelah berbagai alasan bagi situasi yang meningkat yang mengakibatkan banyak arus pengungsi berlangsung lebih lama, situasi dramatis yang terpicu atau baru seringkali terjadi dan angka penyelesaian sedang diusahakan bagi pengungsi serta orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka telah menjadi kecenderungan penurunan sejak akhir Perang Dingin.
Tiga negara menghasilkan separuh jumlah pengungsi di dunia adalah Suriah dengan 4,9 juta, Afghanistan dengan 2,7 juta dan Somalia dengan 1,1 juta orang. Dalam laporan itu disebutkan ketiga negara itu secara bersama menghasilkan lebih dari separuh pengungsi berdasarkan catatan UNHCR di seluruh dunia.