REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) di Queensland Selatan mewadahi ketertarikan anak didik mereka pada senjata mainan dengan cara menerbitkan surat izin kepemilikan mainan senjata untuk mereka sendiri.
Direktur TK Kilkivan, Anne Bicknell mengatakan program penerbitan izin senjata senjata akan diaktifkan jika diperlukan saja ketika anak-anak menunjukan ketertarikan untuk bermain dengan senjata mainan.
TK ini terletak di kawasan pedesaan di Barat Gympie. Menurutnya, banyak anak-anak di tempat mereka datang dari rumah yang orang tuanya memiliki senjata, jadi pendekatan di sekolah mereka ini bertujuan untuk mendidik dan mendorong bermain yang bertanggung jawab ketimbang melarang sama sekali mainan berbentuk senjata.
Bicknell mengatakan program yang diberlakukan sejak 2011 ini awalnya diinisiasi karena salah seorang anak muridnya amat terobsesi dengan senjata.
"Dia memiliki banyak senjata mainan dan Kami tidak menemukan alasan yang baik untuk mengatakan tidak kepadanya. Dari situlah aturan ini bermula,” katanya.
"Tahun itu secara khusus, kami memiliki sekelompok anak didik yang seluruhnya berasal dari peternakan begitu juga dengan anak-anak perempuannya, mereka sudah biasa melihat ayah dan ibunya menembak, baik itu menembak anjing liar dan apa pun yang mereka tembak di peternakannya. Jadi kami menyusun aturan bermain senjata mainan dimana mereka bisa membawa senjata mainan ke sekolah dan mendiskusikan tentang cara bermain yang bertanggung jawab,” katanya.
Program ini melibatkan diskusi awal dengan anak-anak, orang tua dan guru secara intensif mengenai keselamatan menggunakan senjata mainan itu dan tanggung jawab sebelum izin memainkannya diterbitkan.
"Mereka disodorkan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab ketika mengajukan permohonan lisensi ini, yang pada dasarnya berarti mereka menyatakan 'Ya, saya ingin membawa pistol mainan ke TK dan saya setuju untuk bermain dengan aturan bermain yang aman'," kata Bicknell.
"Begitu mereka dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan tahu jika mereka melanggar aturan dengan senjata mainannya, atau Mereka menembak orang, maka senjata mainannya akan disimpan untuk hari tersebut, dan setelah mereka memahami aturan ini baru Kita akan benar-benar menerbitkan surat izin lengkap dengan foto di kartu tersebut."
Program ini memberlakukan aturan yang persis sama dengan aturan terkait senjata dalam kehidupan nyata, dimana izin diberikan diikuti sejumlah aturan dan keterbatasan.
"Kami tidak mengizinkan senjata mainan dengan proyektil, Saya pikir itu adalah satu hal yang sedikit berisiko, tetapi Mereka memiliki senjata mainan yang dibuat sendiri dari kayu oleh ayah mereka atau mainan pistol air [tanpa air]," katanya."
Terlepas dari jenis senjata mainan yang dibawa anak murid, aturan yang berlaku sama dengan izin kepemilikan senjata yang sebenarnya. "Kami memiliki lemari khusus senjata mainan, jadi Kita memperlakukan mainan itu sama seperti senjata sebenarnya,” kata Bicknell.
"Lemari ini terkunci sehingga ketika Mereka ingin menggunakan senjata mainan itu mereka harus meminta surat izin terlebih dahulu baru setelah punya surat izin mereka datang dan meminta senjata mainan mereka. Mereka tidak diizinkan untuk meminjamkan senjata mainannya pada orang lain, itu senjata mainan mereka dan surat izin untuk menggunakannya. Ketika mereka sudah selesai bermain atau jika sudah kehilangan minat mereka bisa membawanya kembali kepada Kami dan Kami akan mengunci kembali lemari tersebut," ujarnya.
Selama lima tahun terakhir sejak program ini diperkenalkan, Bicknell mengatakan sebagian besar orang tua murid di sekolahnya mendukung pendekatan di sekolah TK ini, terutama mengingat lokasi mereka di pedesaan.
Akademisi pendidikan anak usia dini Dr Jennifer Hart dari University of the Sunshine Coast mengatakan, sementara
Dia belum pernah mendengar tentang program seperti itu sebelumnya, dia memuji pendekatan yang dilakukan TK ini.
"Saya pikir itu adalah cara yang sangat bertanggung jawab untuk mengajar anak-anak mengenai pentingnya keselamatan terkait senjata," katanya.
"Daripada mengabaikannya dan mencoba untuk mengesampingkan atau melarang mainan seperti itu, Mereka telah menemukan saat-saat mendidik yang efektif.
Dr Hart mengatakan konsistensi TK dengan aturan senjata mainan yang sesuai dengan kehidupan nyata terkait cara penyimpanan, dan tidak menggunakan senjata orang lain, dan tidak membidik senjata kearah orang lain menunjukkan pada anak-anak kalau penyimpangan dari aturan semacam ini tidak bisa ditoleransi.
Dia mengatakan aturan semacam ini memang akan menguntungkan anak-anak di daerah pedesaan, namun Ia tidak menganjurkan program serupa diterapkan pada sekolah TK non-pedesaan.
"Jika anak-anak tidak memiliki pengalaman dengan senjata setiap hari, Mereka tidak dapat sepenuhnya memahami tujuan dari program semacam ini dan justru bahkan akan menimbulkan ketertarikan pada senjata,” katanya.
"Kami memiliki anak-anak yang melihat senjata digunakan untuk perlindungan atau sebagai alat dan anak-anak yang tidak melihatnya secara langsung tidak akan memiliki pengetahuan dan pemahaman penuh mengapa penting untuk menggunakan senjata itu dengan aman."
Dia membantah keyakinan eksposur dapat mendorong minat yang tidak sehat mengenai senjata di kemudian hari.
"Saya sering sekali mendengar hal seperti ini kekhawatiran dari kalangan orang tua yang mengatakan kami tidak ingin anak-anak bermain dengan mainan senjata karena kami tidak ingin mereka tumbuh menjadi pelaku kekerasan, tetapi penelitian tidak memiliki bukti yang menunjukkan hal semacam itu memang akan terjadi. "