REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Police Watch (IPW) berharap calon tunggal kapolri Komjen Pol Tito Karnavian tidak seperti sejumlah kapolri sebelumnya. Dalam membuat konsep, baik dalam uji kelayakan dan kepatutan di DPR serta dalam konsep kerja, Tito diminta jangan terjebak dalam retorika dan angan-angan yang sulit diwujudkan serta tidak pernah direalisasikan.
"Sehingga konsep dan rencana kerjanya hanya retorika kosong. Tito harus membuat konsep yang realistis hingga bisa segera diwujudkan dan dirasakan manfaatnya oleh publik," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane, Kamis (23/6).
IPW berharap Tito tidak bersikap seperti Kapolri-Kapolri sebelumnya yang terlalu banyak bicara gombal tentang reformasi Polri. "Padahal memberantas percaloan dalam pengurusan SIM saja tidak mampu," kata dia.
Neta menyebut sangat ironis mengingat reformasi Polri sudah berjalan 27 tahun dan retorika perubahan kepolisian pun selalu dikumandangkan. Namun faktanya untuk mengurus SIM saja publik masih 'diteror' dengan aksi percaloan.
Selain buruknya pelayanan publik, Polri menjadi satu satunya kepolisian dunia yang tidak punya call center. Akibatnya, masyarakat yang menjadi korban kejahatan tidak tahu harus melapor kemana agar kasusnya bisa dengan cepat ditangani Polri.
Menurut Neta, ada sembilan tugas yang harus diprioritaskan Tito apabila menjadi Kapolri. Di antaranya yakni membuat call center, memperbaiki pelayanan publik, membenahi sistem pendidikan Polri, mewujudkan rekrutmen berbasis kompetensi dengan assesment system, memperkuat sistem pengawasan internal agar Polri berani bersikap tegas untuk menghukum dan memproses polisi-polisi brengsek.