REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Hasil sementara referendum Inggris mengindikasikan perbedaan dari survei dan jajak pendapat yang telah ada. Sebanyak 52 persen memilih pergi dan 48 persen memilih tinggal, Jumat (24/6).
Jika hasil ini tidak berubah hingga akhir, maka Inggris akan melepas keanggotaannya selama 43 tahun di blok Uni Eropa. Pemimpin pro-Brexit dari Partai UKIP, Nigel Farage menyatakan ini adalah hari kemerdekaan bagi Inggris.
"Mari jadikan 23 Juni dalam sejarah kita sebagai hari kemerdekaan!" ujar Farage, dikutip dari The Washington Post.
Baca: PM Cameron akan Sampaikan Pidato Soal Kondisi Pasar Pasca-Brexit
Hingga saat ini, total 30 juta orang telah menggunakan hak pilihnya, 71,8 persen dari total pemilih. Ini menjadi angka tertinggi dalam pemilihan di Inggris sejak 1992. Padahal Inggris juga sedang mengalami bencana banjir.
Sebagian besar suara yang ingin Inggris hengkang dari Uni Eropa datang dari Wales dan wilayah Inggris lain selain London. Ibu Kota Inggris ini memberikan 60 persen suara untuk tetap tinggal. Sementara wilayah lain tidak ada yang ingin tetap tinggal. Referendum ini telah menunjukan kesenjangan sosial dan kultural antara London dan wilayah lain.
Jika terlepas, Inggris akan jadi negara pertama yang meninggalkan formasi Uni Eropa. Meski hasil akhir tidak segera membuat Inggris mundur dari keanggotaan blok 28 negara ini. Prosesnya butuh sedikitnya dua tahun. Aktivis pro-Brexit memperkirakan prosesnya mungkin baru akan selesai pada 2020.