REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Hari ini, Sabtu (25/6), Bacharuddin Jusuf Habibie menggenapkan usianya yang ke-80 tahun. Bukan waktu yang singkat, namun panjang waktu dalam hidup presiden ketiga Republik Indonesia itu banyak memberikan pelajaran bagi negara dan generasi selanjutnya.
Cendekiawan muda, Yudi Latief, mengenal sosok Habibie sebagai tokoh yang berkontribusi terhadap tampilan wajah Islam yang cerdas. Habibie dikenal sebagai cendekiawan Muslim yang mampu mengembalikan citra Islam tidak hanya sebuah agama, tetapi juga mengasosiasikan agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Dia memperlihatkan dimensi lain dari keberagamaan, kalau tokoh Islam lain hanya mendalami ilmu keagamaan, tetapi Habibie tidak hanya mendalami agama, tetapi juga menampilkan praktik kehidupan beragama,” jelas dia.
Agama tidak hanya dijadikan sebagai sebuah ilmu, tetapi juga diwujudkan dalam pribadi yang shaleh. Habibie selalu menjalankan ibadah sebagai kewajibannya, puasa sunnah Senin dan Kamis pun selalu dilakukannya.
Wujud agama sebagai seorang suami yang mencintai dan setia terhadap istrinya pun ditunjukkannya, bahkan hingga istrinya wafat. Sebagai seorang pemimpin dan Muslim, dia mengabdikan hidupnya tanpa mengenal batas waktu saat bekerja.
Saat terjadi turbulensi politik dan ekonomi tahun 1998 lalu, dia mampu menyelesaikan banyak masalah. “Habibie merupakan sosok kontras kepemimpinan bangsa yang terlepas dari tren kepemimpinan karena uang dan keturunan,” jelas Yudi.
Habibiem kata Yudi, satu-satunya yang mampu memimpin bangsa karena sebuah kecerdasan. Saat ini, memang belum ada sosok yang dapat menandinginya. Karena selevel menteri saja, tidak ada menteri yang lebih baik dalam memimpin, seperti menteri saat generasi Habibie.