REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Berbulan-bulan lamanya irigasi di Desa Padawaras, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya rusak. Sampai saat ini belum diperbaiki. Padahal peran irigasi tersebut dinilai sangat penting karena lahan pertanian di enam desa bergantung padanya.
Kepala Desa Padawaras, Yayan Siswandi mengatakan, irigasi mengaliri area pertanian di Desa Darawati, Padawaras, Kertasari, Sindangkerta, Cikawungading, dan Cipatujah. Ratusan hektare lahan pertanian di enam desa tersebut sekarang kekeringan. Di Desa Padawaras, ada sekitar 190 hektare sawah kekeringan.
"Kalau mengacu pada catatan lama luas sawah di enam desa sekitar 800 hektare, sekarang mungkin luasnya bertambah karena banyak warga yang membuat sawah secara swadaya," kata Yayan kepada Republika.co.id, Ahad (26/6).
Ia mengungkapkan, saluruan irigasi yang ada saat ini kurang memberi manfaat. Sebab, selalu terjadi kerusakan setiap tahunnya. Akibat kerusakan tersebut, Yayan memperkirakan, kerugian di sektor pertanian mencapai miliaran rupiah.
Ia mencontohkan misalnya satu hektare mampu memproduksi enam ton gabah. Sementara, harga gabah Rp 4.000 per kg, artinya satu hektare sawah dapat menghasilkan Rp 24 juta. Jika 800 hektare lahan pesawahan di enam desa kekeringan, maka kerugian ditaksir mencapai Rp 19,2 miliar.
Padahal, dikatakan Yayan, untuk memperbaiki irigasi secara maksimal dibutuhkan biaya sekitar Rp 300 juta. Tapi irigasi dibiarkan rusak dan merugikan petani hingga miliaran rupiah.
"Seharusnya pemerintah lebih peka memikirkan nasib para petani, irigasi yang jebol secepatnya diperbaiki," ujar Yayan.
Ia berharap, Pemkab Tasikmalaya melalui dinas terkait segera merespon keluhan warga. Kemudian mengambil langkah untuk memperbaiki saluran irigasi yang jebol.