Ahad 26 Jun 2016 22:15 WIB

Kaitkan Jokowi dengan Pengembang, Ahok Dikecam

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meninggalkan gedung Bareskrim Mabes Polri usai menjalani pemeriksaan di Jakarta, Selasa (21/6).
Foto: Antara/ Akbar Nugroho Gumay
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meninggalkan gedung Bareskrim Mabes Polri usai menjalani pemeriksaan di Jakarta, Selasa (21/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi sayap PDI Perjuangan, Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) mengecam Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang menuding Jokowi jadi Presiden karena peran pengembang.

“Ahok sakit kepala, urus saja sendiri masalah yang kau hadapi belakangan ini. Jangan seret-seret nama Jokowi dalam pusaran masalahmu. Jokowi itu kader PDI Perjuangan," ujar Ketua DPN Repdem Wanto Sugito kepada wartawan di Cikini, Jakarta Pusat, Ahad (26/6).

Menurut Wanto, Jokowi jadi Presiden bukan karena peran pengembang. Dia mendapat simpati besar dari rakyat berkat sinergi kuat PDI Perjuangan sebagai partai pengusung bersama partai pendukung lain serta para relawan.

"Ahok jangan merendahkan Jokowi karena presiden kita merupakan figur yang merakyat dan tidak sombong, beda jauh dengan kau Ahok,” tegas mantan aktivis 98 yang akrab disapa bung Klutuk itu.

Sebelumnya diberitakan, Ahok mencoba menyeret Jokowi ke pusaran skandal reklamasi ketika kasus tersebut tengah merongrong kredibilitas sang Gubernur yang berniat maju lagi dalam Pilkada DKI.

Saat rapat dengan Direksi PT Jakarta Propetindo (Jak Pro) di Balai Kota DKI Jakarta yang diunggah di Youtube, Ahok menyebut Jokowi tidak akan bisa menduduki posisi RI 1 jika tidak ada peran pengembang proyek reklamasi.

"Saya pengen bilang Pak Jokowi tidak bisa jadi Presiden kalau ngandalin APBD, saya ngomong jujur kok. Jadi selama ini kalau bapak ibu lihat yang terbangun sekarang, rumah susun, jalan inpeksi, waduk semua, itu semua full pengembang, kaget gak,” ujarnya seperti dikutip dalam video yang diunggah di Youtube.

Wanto menegaskan, pernyataan Ahok salah kaprah karena telah meletakkan proses demokrasi seolah ditentukan peran pengembang. Ahok juga harus berkaca karena tanpa Jokowi ia tidak akan pernah menjadi wakil Gubernur dan kemudian Gubernur DKI.

“Jokowi berbeda dengan Ahok, Ahok juga bukan kelanjutan dari Jokowi. Figur keduanya berbeda dan masyarakat tahu hal itu. Menyeret Jokowi menunjukkan bahwa Ahok sedang membutuhkan pertolongan di tengah angin kencang yang sedang menerpanya, namun Ahok lupa Jokowi belum tentu mendukungnya apalagi jika direndahkan,” tutur Wanto.

Menurutnya, Jokowi juga belum tentu mendukung Ahok dan hal itu terlihat ketika Presiden sama sekali tidak bicara tentang dukungan terhadap Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam pertemuan dengan enam relawan di Istana, Jumat (24/6).

Sayangnya, seperti diklarifikasi Ketua Umum Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi, Mohammad Yamin, sikap Presiden telah diplintir oleh salah satu relawan Jokowi, yang mengatakan dalam pertemuan dengan para koordinator Relawan itu, Jokowi secara eksplisit memberi dukungan kepada Ahok.

“Jokowi itu Presiden, marwah Presiden sudah seharusnya dijaga dan tidak diseret-seret untuk kepentingan Ahok. Pendekatan Jokowi terhadap rakyat pendekatan kemanusiaan, sebaliknya Ahok hobi marah terhadap rakyat sehingga tidak terasa nyaman bagi rakyat untuk mengadukan masalah kepada pemimpinnya khususnya masyarakat Jakarta. Pada akhirnya Ahok membangun permusuhan kanan kiri dan itu berbahaya bagi NKRI, " kata Wanto.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement