REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc-VPCD mengatakan tidak mudah untuk memastikan apakah seorang pernah mendapatkan vaksinasi palsu. Namun, menurut dia, vaksin palsu kemungkinan besar akan menimbulkan efek jangka pendek berupa infeksi.
"Infeksi bisa bersifat ringan bisa juga infeksi sistemik. Infeksi berat bisa berupa demam tinggi, laju nadi meningkat, laju pernafasan meningkat, leukosit meningkat, anak sulit makan minum hingga terjadinya penurunan kesadaran," katanya, Ahad (26/6).
Dampak jangka pendek tersebut, kata dia, bisa terjadi dalam dua minggu pertama dan orang tua bisa memeriksakan anaknya ke dokter jika terjadi gejala tersebut.
"Kalau dampak jangka panjangnya belum bisa dipastikan, masih menunggu hasil analisis yang masih berjalan mengenai kandungan apa yang ada di dalam vaksin palsu," katanya.
(Baca juga: Kenali Vaksin Palsu)
Ia pun menyarankan agar proses pengadaan vaksin di seluruh fasilitas kesehatan perlu dievaluasi.
"Fasilitas kesehatan perlu mengevaluasi kembali bagaimana proses pengadaan vaksin selama ini," katanya.
Dia menjelaskan, regulasi yang mengatur rantai distribusi vaksin sudah jelas sehingga evalusi terhadap SOP yang dilanggar pun bisa mudah dideteksi. Kedua, kata dia, harus di cek kembali stok vaksin yang dimiliki saat ini.
"Ada perbedaan tampilan fisik antara vaksin asli dan vaksin yang palsu, sehingga perlu diperhatikan kualitas kemasan, dan juga labelnya termasuk LOT number atau kode unik yang terdapat dalam vaksin," kata Vaksinolog lulusan University of Siena, Italy tersebut.
Selain itu, kondisi vaksin asli, kata dia biasanya jernih dan tidak keruh. Bila masyarakat merasa ragu, kata dia, dapat berkonsultasi pada seorang ahli.