REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- George Soros, seorang investor dan miliarder meminta agar rekonstruksi menyeluruh bagi Uni Eropa dilakukan. Hal ini menyusul keputusan Inggris yang menarik diri dari keanggotaan di organisasi antar pemerintahan dan supra-nasional tersebut.
Menurut pria yang juga adalah aktivis politik berkebangsaan Amerika Serikat (AS) itu, keputusan Inggris yang dikenal dengan istilah Brexit itu dapat membuat diintegrasi dalam Uni Eropa.
Sebelumnya, Soros juga telah memperingatkan bahwa hal ini akan memberi dampak berupa krisis keuangan yang signifikan bagi sejumlah negara-negara di Eropa. Tak terkecuali bagi Britania raya.
"Inggris dapat baik atau mungkin juga tidak lebih baik dibandingkan negara-negara lainnya dengan keputusan keluar dari Uni Eropa. Namun, keadaan ekonomi mungkin dapat menjadi buruk dalam jangka pendek dan menengah," ujar Soros yang menulis dalam sebuah komentar di //website// Project Syndicate, dilansir Reuters, Sabtu (25/6).
Pada 1992, Soros pernah mendapatkan keuntungan besar dengan bertaruh terhadap mata uang Inggris, Pounsterling. Saat itu, mata uang ini jatuh di bawah standar yang telah ditetapkan dalam European Exchange Rate Mechanism.
Menurut pria kelahiran 12 Agustus 1930 itu, krisis serupa dapat kembali terjadi di Inggris. Sebelum pemungutan suara atas referendum, Soros telah memprediksi bahwa kemenangan pemilih yang menginginkan Brexit.
Ia mengatakan dengan kemenangan itu, setidaknya mata uang poundsterling dapat mengalami penurunan mulai dari 15 hingga 20 persen. Soros juga melihat penurunan dapat terjadi sekitar 1,15 dolar AS.
Pada Jumat (24/6) lalu, sehari setelah pengumuman atas referendum, mata uang Inggris jatuh sebanyak 10 persen. Jumlah penurunan poundsterling ini merupakan yang paling rendah dalam 31 tahun terakhir.
"Sekarang, skenario bencana yang paling dikhawatirkan terjadi di Eropa terjadi. Pasar keuangan di seluruh dunia akan berada dalam kekacauan sebagai dampak kekacauan politik dan ekonomi Uni Eropa," jelas Soros.