REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Keuangan Inggris George Osborne keluar dari bursa pencalonan perdana menteri menggantikan David Cameron pada Senin (27/6). Dia menegaskan, sikap Inggris Raya mestinya tetap berada di Uni Eropa (UE).
Pemerintah Inggris tengah menghadapi tekanan atas kekosongan posisi perdana menteri setelah David Cameron menyatakan akan mengundurkan diri pada Oktober mendatang. Sebelumnya, masyarakat Inggris mengabaikan saran Cameron untuk tetap di UE, dan lebih memilih meninggalkan blok beranggotakan 28 negara itu via referendum (Brexit).
"Saya tidak terbiasa mengerjakan sesuatu setengah hati, dan seluruh tenaga telah dikerahkan untuk memperjuangkan sikap saya dalam referendum itu. Saya meyakini pilihan untuk tetap di UE dan berjuang untuk itu. Saya menerima hasil referendum, tetapi sikap saya saat ini cukup jelas untuk tak memberi dukungan bagi kesatuan partai," tulis Osborne, di koran The Times.
Osborne sebelum masa kampanye referendum dianggap akan menjadi kandidat pengganti Cameron, mengingat kiprahnya mengembangkan perekonomian Inggris di antara negara maju utama lainnya dalam beberapa tahun terakhir. Osborne mengatakan pada Senin, pilihan Inggris Raya untuk keluar UE akan menyebabkan rentannya pasar uang, meski ia menambahkan negara berkekuatan ekonomi lima besar dunia itu akan mengatasi tantangan tersebut.
Koran The Times menulis, Osborne tampak sedang menimbang untuk mendukung kandidat kuat saat ini, Boris Johnson, mantan wali kota London dan pendukung Brexit demi mendapatkan posisi sebagai menteri luar negeri. Akan tetapi, media itu tak menuliskan sumber informasinya.
Pungutan suara dari laman Yougov pada Senin memprediksi, baik di anggota partai buruh dan konservatif, Menteri Dalam Negeri Theresa May lebih unggul dibanding Johnson. Media Inggris juga melaporkan, Menteri Urusan Pensiun Stephen Crabb dan Menteri Kesehatan Jeremy Hunt dikabarkan turut mengisi bursa pencalonan kandidat PM.