REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengakui maraknya kehadiran pengemis dan pemulung yang tinggal di dalam gerobak, atau biasa disebut 'manusia gerobak', khususnya menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Ahok menilai 'manusia gerobak' melakukan penipuan terhadap masyarakat. Dengan dalih menarik nurani masyarakat agar memberikan bantuan, pengemis atau pemulung turun ke jalan sebagai 'manusia gerobak'. Bahkan tak sedikit pula dari 'manusia gerobak' yang membawa anak-anak.
"Iya, penipuan dong, makanya pemain sandiwara terlalu banyak di Jakarta," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (29/6).
Ahok menegaskan para manusia gerobak akan terus ditangkap dan dipulangkan ke kampungnya masing-masing. Selain itu guna mencegah mereka kembali ke Jakarta, ia akan meminta manusia gerobak menandatangani surat pernyataan. Jika terbukti mereka kembali lagi, Ahok tak segan akan mempidanakannya.
"Kita akan tetap pulangin, terus buat pernyataan, kalau kamu balik lagi kita akan pidana," ujarnya.
Di sisi lain, Kabid Rehabilitasi Sosial Dinsos DKI Jakarta Chaidir mengakui adanya peningkatan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di bulan suci Ramadhan sebesar 27 persen.
Ia menyebut di bulan-bulan selain Ramadhan, jumlah PMKS yang terjaring hanya sekitar 30 orang. Sedangkan di bulan Ramadhan bisa menjadi hampir 40 orang.
Chaidir mengatakan guna menanggulangi penyebaran PMKS, tim Dinsos DKI bersama Satpol PP menjaga 48 titik rawan PMKS di Ibu Kota.
Dari 48 titik itu, masing-masing delapan titik dimiliki oleh Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Sedangkan Jakarta Selatan dan Jakarta Timur menempati dua posisi tertinggi dengan masing-masing 11 dan 13 titik.